Berita

Ilustrasi/RMOL via AI

Bisnis

Permintaan Nikel Melonjak, Pendapatan DAAZ Membludak

SELASA, 22 APRIL 2025 | 13:48 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perusahaan yang bergerak di sektor perdagangan komoditas, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 70,83 persen sepanjang 2024. 

Laporan keuangan perseroan menyebutkan bahwa laba bersih yang berhasil diraih tercatat Rp608,88 miliar. Periode sebelumnya, laba perseroan tercatat sebesar Rp356,42 miliar.

Lompatan laba ini didorong oleh peningkatan pendapatan yang juga melonjak tajam sebesar 32,27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari Rp7,66 triliun pada 2023 menjadi Rp10,13 triliun pada 2024.


Total pendapatan DAAZ pada 2024 mencapai Rp10,13 triliun atau melonjak dari sebelumnya Rp7,66 triliun.

Permintaan global terhadap nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik terus meningkat, yang menjadi pendorong lonjakan pendapatan.  

"Permintaan global terhadap nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik terus meningkat, dan perseroan berada di posisi yang tepat untuk memanfaatkan peluang ini," ujar Direktur Utama DAAZ, Mahar Atanta Sembiring dalam keterangan resminya, Jakarta, dikutip Selasa 22 April 2025.

Pendorong utama kenaikan pendapatan berasal dari lini bisnis perdagangan bijih nikel dan bahan bakar solar yang masing-masing meningkat jadi Rp3,92 triliun dan Rp3,71 triliun.

Sementara penjualan batu bara naik menjadi Rp1,17 triliun, serta pendapatan dari jasa angkutan laut dan jasa pertambangan meningkat masing-masing menjadi Rp827,33 miliar dan Rp502,69 miliar.

Seiring dengan peningkatan laba, perseroan juga mencatatkan kinerja operasional yang kuat dengan nilai laba kotor sebesar Rp1,03 triliun, atau tumbuh 59,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, EBITDA perusahaan melesat 104,21 persen menjadi Rp984,3 miliar.

Dari sisi neraca, DAAZ mencatatkan peningkatan ekuitas sebesar 74,61 persen dari Rp1,19 triliun menjadi Rp2,07 triliun.

Total aset perusahaan turut mengalami peningkatan signifikan sebesar 68,72 persen menjadi Rp5,13 triliun pada 2024, dari posisi Rp3,04 triliun pada 2023.

"Kondisi ini memberikan fleksibilitas finansial yang lebih besar bagi perusahaan untuk mendukung ekspansi bisnis di masa depan," kata Mahar.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya