CEO Meta, Mark Zuckerberg, membantah tuduhan bahwa perusahaannya membeli Instagram dan WhatsApp demi menyingkirkan pesaing. Hal ini disampaikan dalam kesaksiannya di pengadilan dalam kasus antimonopoli yang sedang berlangsung di AS.
Zuckerberg menolak tudingan pemerintah AS yang menyatakan Facebook (sekarang Meta) membeli dua aplikasi tersebut karena merasa terancam oleh pertumbuhannya.
Saat ditanya oleh pengacara Meta, Mark Hansen, apakah tujuannya membeli Instagram dan WhatsApp adalah untuk menghilangkan pesaing, Zuckerberg menjawab tegas: "Tidak."
Ia menjelaskan, Instagram dibeli pada 2012 karena fitur kamera dan berbagi fotonya yang menarik, tapi ia tidak melihatnya sebagai ancaman langsung.
"Kami melakukan analisis membangun versus membeli saat dalam proses membangun aplikasi kamera, dan saya pikir Instagram lebih baik dalam hal itu. Jadi saya pikir lebih baik membelinya," kata Zuckerberg, seperti dikutip dari
AFP, Kamis, 17 April 2025.
Sementara itu, WhatsApp, yang dibeli pada 2014, dianggap Zuckerberg punya teknologi bagus, tapi pendirinya tidak cukup ambisius untuk mengembangkan aplikasi itu lebih jauh.
Menurut Zuckerberg, Facebook justru memanfaatkan sumber daya dan jaringannya untuk mengembangkan kedua aplikasi itu hingga kini digunakan miliaran orang.
Mantan COO Meta, Sheryl Sandberg, juga bersaksi dan mendukung pernyataan Zuckerberg. Ia menambahkan bahwa Meta bersaing ketat dengan banyak perusahaan lain, termasuk Google, untuk memperebutkan waktu dan perhatian pengguna internet.
Dalam sidang Zuckerberg juga menyoroti bahwa TikTok kini menjadi pesaing paling serius bagi Meta, bahkan lebih populer daripada Facebook dan Instagram. Karena itulah, Meta meluncurkan fitur Reels untuk menyaingi TikTok.
Ia juga menyebut YouTube sebagai ancaman besar karena video menjadi bentuk konten yang paling banyak digemari saat ini, terutama di ponsel.
Kasus yang membelit Zuckerberg dimulai pada Desember 2020 dan bisa berakhir dengan Meta dipaksa menjual Instagram dan WhatsApp. Zuckerberg sendiri telah mencoba menyelesaikan kasus ini di luar pengadilan, termasuk dengan mendekati pemerintahan Presiden Trump pada saat itu.