Presiden Ekuador Daniel Noboa/Net
Presiden Ekuador Daniel Noboa kembali memenangkan pemilihan presiden berdasarkan hasil awal yang diumumkan pada Minggu, 13 April 2025.
Namun, kemenangan ini langsung menuai penolakan dari pesaing utamanya, Luisa Gonzalez, yang menuding adanya kecurangan dan menyerukan penghitungan ulang.
Dalam rapat umum di kota pesisir Olón, Noboa mengumumkan keunggulan suaranya dibanding Gonzalez hingga selisih 10 poin.
“Hari ini bersejarah, kemenangan ini juga bersejarah, kemenangan dengan selisih lebih dari 10 poin, kemenangan dengan selisih lebih dari satu juta suara, yang tidak diragukan lagi siapa pemenangnya,” ujar Noboa di hadapan para pendukungnya
Dengan lebih dari 90 persen suara yang telah dihitung, Ketua Dewan Pemilihan Nasional (CNE) Diana Atamaint menyatakan hasilnya tidak dapat dibatalkan, mengukuhkan Noboa sebagai pemenang.
Namun, Luisa Gonzalez, pengacara sekaligus politisi sayap kiri yang menjadi penantang utama Noboa, menolak hasil tersebut dan menyatakan akan menggugatnya secara resmi.
“Atas nama rakyat yang kami wakili, kami tidak mengakui hasil yang disajikan oleh CNE,” tegas González saat berbicara kepada pendukungnya di Quito.
“Saya menolak untuk percaya bahwa suatu rakyat lebih menyukai kebohongan daripada kebenaran, kekerasan daripada perdamaian dan persatuan. Kami akan menuntut penghitungan ulang dan agar mereka membuka kotak suara," kata dia lagi.
Pemilu kali ini kembali berlangsung dalam situasi genting, di tengah meningkatnya kekerasan yang dipicu oleh kelompok kriminal dan krisis energi yang telah memicu pemadaman listrik di berbagai wilayah.
Daniel Noboa, presiden termuda dalam sejarah Ekuador, mencalonkan diri kembali dengan janji melanjutkan perang melawan geng narkoba dan memperbaiki kondisi ekonomi lewat slogan “Ekuador Baru”.
Sejak menjabat, ia telah menetapkan keadaan darurat berkali-kali dan mengerahkan militer untuk mengendalikan keamanan dalam negeri.
Namun data pemerintah menunjukkan lebih dari 1.000 pembunuhan terjadi hanya dalam beberapa bulan pertama 2025, menjadikan Ekuador sebagai negara dengan tingkat pembunuhan tertinggi di Amerika Latin menurut InSight Crime.
Sementara Noboa mendorong kerja sama dengan pihak asing termasuk membentuk aliansi strategis dengan Erik Prince, pendiri perusahaan militer swasta Blackwater, Gonzalez menentang keras intervensi luar dan mengusulkan pendekatan berbasis sosial dan pencegahan kekerasan.
Ia juga berjanji untuk menghidupkan kembali Kementerian Kehakiman yang dibubarkan dan membongkar badan pengelola penjara yang dianggap gagal.
“Partai kami mewakili harapan dan transformasi. Noboa mewakili ketakutan,” ujar Gonzalez.
Sebagai langkah pengamanan pemilu, sekitar 45.000 tentara dikerahkan di seluruh Ekuador. Pihak berwenang juga melarang pengambilan foto surat suara guna mencegah intimidasi oleh kelompok kriminal.
Ketegangan politik pasca pemilu ini diprediksi masih akan berlangsung sengit, mengingat Gonzalez telah menempuh jalur hukum dan menolak untuk mengakui hasil yang diumumkan oleh CNE.