Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

India dan Vietnam Raup Untung Besar dari Perang Dagang, Indonesia Waspada!

JUMAT, 11 APRIL 2025 | 14:36 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Perang dagang yang semakin memanas antara Amerika Serikat (AS) dan China diperkirakan akan membawa dampak besar terhadap peta ekonomi global.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, mengatakan terdapat beberapa negara yang berpeluang besar menjadi pemenang dalam konflik ekonomi dua kekuatan raksasa dunia tersebut.

Nilai perdagangan antara AS dan China pada 2024 mencapai sekitar 660 miliar Dolar AS. Dari angka itu, AS mengimpor produk China senilai sekitar 460 miliar Dolar AS, sementara China mengimpor produk AS sekitar 200 miliar Dolar AS. Sehingga defisit perdagangan AS terhadap China pun tercatat sekitar 260 miliar dolar AS.


“Putusnya hubungan dagang kedua negara tersebut pasti membawa konsekuensi besar terhadap tatanan ekonomi dunia. Pertanyaannya, negara mana yang akan diuntungkan, atau dirugikan?” kata Anthony saat dihubungi RMOL pada Jumat 11 April 2025.

Ia menilai, perang dagang AS-China ibarat pedang bermata dua bagi negara lain: menjadi peluang sekaligus ancaman. Di satu sisi, negara-negara bisa meraup peluang dengan menjadi pemasok pengganti, di sisi lain, mereka juga berpotensi dibanjiri produk sisa dari perang tarif.

India Untung, Walmart dan Amazon Beralih Pemasok

Menurut Anthony, India menjadi salah satu negara yang paling diuntungkan dalam situasi ini. Anthony menyebutkan bahwa perusahaan ritel terbesar di AS, Walmart, bahkan kini secara agresif mengalihkan pasokan produk dari China ke India.

“Untuk sementara ini, India mempunyai posisi cukup strategis untuk menggantikan produk China. Walmart Amerika impor dari India naik signifikan, dari sekitar 2 persen (2018) menjadi sekitar 25 persen (2023). Produk-produk seperti mainan, elektronik, sepeda, farmasi, dan serealia (biji-bijian) kini banyak dipasok dari India,” jelasnya.

Meskipun China masih mendominasi pasokan Walmart, namun, kata Anthony porsinya turun dari 80 persen pada 2018 menjadi hanya 60 persen pada 2023. Selain itu, Amazon juga memperkirakan akan mengimpor produk dari India senilai 20 miliar Dolar AS pada 2025, angka yang menurut Anthony berpotensi melampaui perkiraan akibat ketegangan dagang ini.

Vietnam Juga Diuntungkan

Tak hanya India, Vietnam juga menempati posisi strategis dalam rantai pasok baru Amerika Serikat. Negara tersebut mencatatkan ekspor ke AS sebesar 150 miliar Dolar AS pada 2024, jauh melampaui Indonesia yang hanya mencatatkan 38,3 miliar Dolar AS.

“Impor barang elektronik seperti smartphone sangat mungkin beralih ke Vietnam dan India. Kalau skenario ini terjadi, bukan tidak mungkin keduanya mampu menampung sebagian besar ekspor AS ke China yang hanya 200 miliar Dolar AS,” ungkap Anthony.

Indonesia Diminta Waspada Ancaman Dumping

Di tengah peluang besar yang diraih India dan Vietnam, Anthony mengingatkan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi potensi masuknya produk-produk dari China dan Amerika yang kehilangan pasar tujuan akibat perang tarif.

"Dalam hal ini, Indonesia bisa menjadi sasaran empuk, khususnya bagi produk China seperti consumer goods, karena Indonesia mempunyai pasar sangat besar, dengan nilai PDB lebih dari 1,3 triliun Dolar AS,"ujarnya.

Ia juga memperingatkan adanya potensi praktik dumping yang dapat merugikan industri dalam negeri. Menurutnya, 90 hari ke depan menjadi masa kritis yang menentukan posisi Indonesia dalam dinamika ekonomi global.

"Indonesia juga harus waspada dari kemungkinan terjadi dumping. 90 hari ke depan merupakan masa kritis, dapat menjadi penentu nasib masa depan kita, apakah akan menjadi pemenang atau pecundang," pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya