Berita

Ilustrasi/Ist

Bisnis

Tarif Impor Trump untuk China Terus Bertambah Jadi 145 Persen

JUMAT, 11 APRIL 2025 | 08:22 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Amerika Serikat (AS) secara resmi menjelaskan pada Kamis 10 April 2025 bahwa produk impor dari China kini menghadapi tarif sebesar 145 persen.

Angka yang terus bertambah ini mempertegas sikap keras Presiden Donald Trump terhadap musuh besar sekaligus mitra dagangnya tersebut. 

Di tengah kebijakan penundaan tarif resiprokal untuk berbagai negara, Trump justru menambah besaran tarif untuk China. 


Semula tarif untuk China tersebut adalah 104 persen. Karena China membalas dengan tarif 84 persen, maka Trump pun menambahkan biaya tarif menjadi 125 persen. 

Tarif 125 persen ini kini menjadi 145 persen. Gedung Putih menegaskan bahwa angka tersebut merupakan tambahan dari 20 persen tarif awal yang telah diberlakukan sebelumnya sebagai hukuman terhadap peran China dalam menyuplai fentanil ke AS. 

China merupakan importir terbesar kedua bagi AS dan memegang peran dominan sebagai produsen global untuk berbagai barang konsumsi, termasuk ponsel, mainan, komputer, dan berbagai produk rumah tangga lainnya.

Dengan tarif tinggi tersebut, biaya impor produk-produk tersebut akan melonjak drastis, berdampak besar bagi distributor, pengecer, dan konsumen di Amerika.

Angka 145 persen itu juga hanya batas bawah, bukan batas atas. Jumlah itu di atas pungutan lain yang sudah ada sebelumnya yang telah diberlakukan oleh Trump, termasuk:

Tarif 25 persen untuk baja, aluminium, mobil, dan suku cadang mobil.

Tarif hingga 25 persen untuk barang-barang Tiongkok tertentu yang diberlakukan oleh Trump selama masa jabatan pertamanya.

Tarif dengan kisaran yang bervariasi untuk produk-produk tertentu sebagai respons atas pelanggaran aturan perdagangan AS.

Perubahan tarif yang cepat telah menyebabkan kebingungan yang signifikan bagi para importir, yang banyak di antaranya bergantung pada produk-produk Tiongkok, termasuk pengecer besar maupun usaha kecil. 

Meskipun kebijakan ini telah diumumkan, pemerintahan Trump memberikan pengecualian sementara untuk barang-barang yang sudah dalam perjalanan menuju AS. Barang yang dikirim melalui udara akan mulai dikenakan tarif dalam beberapa hari ke depan, sedangkan barang yang dikirim lewat laut akan terkena tarif tersebut saat tiba beberapa minggu kemudian.

Hal ini memberikan ruang bernapas yang sangat singkat bagi para importir untuk menyesuaikan strategi logistik mereka. Namun banyak di antara mereka yang menyatakan bahwa waktu tersebut tidak cukup untuk mencari alternatif.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya