Berita

Gedung Putih/Net

Dunia

Lebih dari 50 Negara Colek Gedung Putih Minta Nego Tarif

SENIN, 07 APRIL 2025 | 11:17 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Lebih dari 50 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk memulai pembicaraan terkait tarif baru yang dikenakan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. 

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS Kevin Hassett dalam wawancara dengan ABC News "This Week" pada hari Minggu, 6 April 2025. 

Hassett menjelaskan bahwa tarif tersebut telah memicu respons dari banyak negara yang mencari negosiasi dengan Amerika Serikat.


"Sampai sekarang, lebih dari 50 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk memulai pembicaraan perdagangan," kata Hassett, seperti dimuat Reuters.

"Namun, tidak ada paksaan politik terhadap Federal Reserve dalam hal penetapan suku bunga," lanjutnya. 

Menurutnya, tarif baru tersebut merupakan bagian dari strategi Trump untuk memanipulasi pasar finansial guna mendorong bank sentral AS menurunkan suku bunga.

Trump sempat memposting di Truth Social sebuah video yang mengklaim bahwa kebijakan tarifnya bertujuan untuk sengaja mengguncang pasar saham, dengan tujuan menekan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga. 

Namun, dalam wawancara terpisah di NBC News "Meet the Press", Menteri Keuangan AS Scott Bessent meremehkan potensi resesi yang disebabkan oleh tarif baru tersebut. 

Bessent mengatakan: "Saya tidak melihat alasan untuk mengantisipasi resesi berdasarkan tarif ini, terutama karena lapangan pekerjaan terus tumbuh lebih kuat dari yang diperkirakan."

Keputusan Trump untuk mengenakan tarif baru atas impor telah mengguncang ekonomi global, dengan pasar saham AS turun sekitar 10 persen dalam dua hari sejak pengumuman tersebut. Langkah ini memicu tanggapan balasan dari Tiongkok dan menciptakan kekhawatiran mengenai potensi perang dagang global.

Analis ekonomi memperingatkan bahwa kebijakan tarif tersebut berisiko meningkatkan inflasi dan merusak pertumbuhan ekonomi, terutama karena investor global mulai gelisah atas dampak ekonomi jangka panjang.

Di sisi lain, Taiwan menawarkan solusi perdagangan yang lebih kooperatif, dengan Presiden Taiwan Lai Ching-te menyarankan tarif nol sebagai dasar untuk perundingan dengan AS. 

"Kami akan menghapus hambatan perdagangan dan meningkatkan investasi perusahaan Taiwan di AS, daripada membalas dengan tarif," ujar Lai dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.

Para pejabat tinggi di pemerintahan Trump terus menekankan bahwa meskipun ada gangguan ekonomi jangka pendek, kebijakan tarif ini akan membawa manfaat jangka panjang bagi ekonomi AS. 

Namun, kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang terhadap pasar global dan pertumbuhan ekonomi masih terus berkembang.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Usut Tuntas Bandara Ilegal di Morowali yang Beroperasi Sejak Era Jokowi

Senin, 24 November 2025 | 17:20

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

UPDATE

Duka Banjir di Sumatera Bercampur Amarah

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:04

DKI Rumuskan UMP 2026 Berkeadilan

Jumat, 05 Desember 2025 | 06:00

PIER Proyeksikan Ekonomi RI Lebih Kuat pada 2026

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:33

Pesawat Perintis Bawa BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:02

Kemenhut Cek Kayu Gelondongan Banjir Sumatera Pakai AIKO

Jumat, 05 Desember 2025 | 05:00

Pemulihan UMKM Terdampak Bencana segera Diputuskan

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:35

Kaji Ulang Status 1.038 Pelaku Demo Ricuh Agustus

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:28

Update Korban Banjir Sumatera: 836 Orang Meninggal, 509 Orang Hilang

Jumat, 05 Desember 2025 | 04:03

KPK Pansos dalam Prahara PBNU

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:17

Polri Kerahkan Kapal Wisanggeni 8005 ke Aceh

Jumat, 05 Desember 2025 | 03:03

Selengkapnya