Tarif baru Amerika Serikat (AS) akan berdampak sangat jelas terhadap prospek global.
Perusahaan jasa keuangan multinasional yang bergerak di bidang perbankan, investasi, dan manajemen, JP Morgan, mengingatkan, langkah tersebut tidak hanya berpengaruh kepada negara mitra dagang AS, kebijakan tarif ini juga akan berdampak buruk ke perekonomian AS itu sendiri.
Menurutnya, potensi AS terkena resesi semakin besar dengan adanya kebijakan tarif baru ini.
""Akan ada pertumpahan darah' akibat kebijakan Trump tersebut," kata JP Morgan, dikutip dari Business Insider, Sabtu 5 April 2025.
Langkah Trump memperkuat kekhawatiran, karena kebijakan perdagangan AS telah berubah secara drastis menjadi kurang bersahabat bagi bisnis daripada yang diperkirakan.
Peningkatan biaya impor yang disebabkan oleh rencana tarif Trump diperkirakan akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi untuk segala hal mulai dari bahan pokok hingga pakaian dan pembelian yang lebih besar seperti mobil serta peralatan.
Analis JP Morgan mendapati bahwa tarif baru tersebut memicu kenaikkan tarif pajak rata-rata AS sekitar 22 persen poin menjadi sekitar 24 persen. "Setara dengan sekitar 2,4 persen dari total nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di AS," ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) yan akhirnya bersuara, mendesak Washington untuk bekerja sama dengan mitra dagangnya dan menilik kembali kebijakan Presiden Donald Trump.
"Pengenaan tarif ini jelas merupakan risiko signifikan bagi prospek global di saat pertumbuhan ekonomi sedang lesu," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dikutip dari Reuters, Sabtu 5 April 2025.
Ia mengingatkan pentingnya menghindari langkah-langkah yang dapat semakin merugikan ekonomi dunia. Pernyataan ini terlontar menyikapi keputusan Trump yang dikhawatirkan akan mengundang resesi global dan memicu inflasi.
"Kami mengimbau Amerika Serikat dan mitra dagangnya untuk bekerja secara konstruktif guna menyelesaikan ketegangan perdagangan dan mengurangi ketidakpastian," tambah Georgieva
IMF mengatakan pertumbuhan global diperkirakan mencapai 3,3 persen tahun ini, yang lebih rendah dari rata-rata tingkat pertumbuhan global dalam dua dekade pertama abad ke-21 sebesar 3,7 persen.
IMF akan menerbitkan prospek barunya akhir bulan ini, tepat pada waktunya untuk Pertemuan Musim Semi di Washington, di mana serangan tarif perdagangan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya akan menjadi agenda utama.