Pemudik di Stasiun Pasarsenen/RMOL
Mudik menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Idulfitri.
Berkumpul bersama keluarga besar di kampung halaman setelah bekerja keras di perantauan adalah momen yang membahagiakan.
Namun, sejumlah data dan penelitian menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam jumlah pemudik tahun ini.
Survei terbaru menunjukkan, sekitar 15 persen hingga 20 persen masyarakat Indonesia yang biasanya melakukan perjalanan mudik membatalkan rencana mudik di momen Lebaran tahun ini.
Survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) merinci bahwa jumlah pemudik di Lebaran tahun lalu mencapai sekitar 193,6 juta orang, atau 71,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Sedangkan jumlah pemudik Lebaran 2025 menurut proyeksi Kemenhub mencapai 146,48 juta orang. Ini berarti terjadi penurunan sekitar 24 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan jumlah ini disinyalir karena daya beli masyarakat Indonesia yang rendah yang terpengaruh oleh kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Ditambah lagi dengan kenaikan harga bahan bakar yang mengakibatkan naiknya transportasi dan biaya lain seperti harga barang-barang kebutuhan pokok.
Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengungkapkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah semakin terhimpit di momen Lebaran 2025. Hal itu terungkap dalam laporan berjudul Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025.
Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan tingkat konsumsi masyarakat tidak menunjukkan gairah seperti biasanya. trend berbelanja untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran 2025 tidak semeriah tahun-tahun lalu.
Menurut lembaga think tank ini, terlihat bahwa kelompok rumah tangga menengah ke bawah mengerem belanja.
Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi pada Februari 2025, baik secara tahunan sebesar 0,09 persen, bulanan 0,48 persen, maupun year to date 1,24 persen. Ini adalah deflasi pertama dalam lebih dari dua dekade.
Selain karena penurunan daya beli masyarakat, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran juga menjadi faktor yang menyebabkan turunnya angka pemudik Lebaran 2025.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat sebanyak 3.325 pekerja terkena PHK per Januari 2025, sehingga total tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan mencapai 81.290 orang.
Angka ini meningkat 4,26 persen dari Desember 2024 yang mencatat 77.965 kasus PHK.
Penurunan jumlah pemudik pada Lebaran 2025 diakui oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, tetapi ia tidak memerinci penyebabnya.
"Benar, besaran potensi pergerakan masyarakat saat mudik lebaran tahun ini (2025) mengalami penurunan dibanding tahun lalu," katanya dalam wawancara media pekan lalu.
Dari data Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (Siasati) menunjukkan akumulasi pergerakan penumpang dari lima moda transportasi umum hingga H-3 Lebaran sebesar 6,75 juta orang atau turun 4,8 persen dari tahun lalu.
Daya beli yang merosot akibat inflasi, PHK, dan biaya hidup yang tinggi telah mengubah kebiasaan mudik yang sudah menjadi tradisi.
Padahal, mudik adalah momen yang paling dinanti. Tidak sekadar bisa berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman, mudik juga merupakan bentuk rasa syukur atas apa yang telah dihasilkan di tanah rantau. Ada momen bagi-bagi rejeki saat Lebaran, dimana orang-orang membagikan uang saku atau paket hadiah untuk anak-anak dan orang yang dituakan.