Berita

Pengamat Ekonomi Yanuar Rizki dalam YouTube Forum Keadilan TV pada Jumat 21 Maret 2025/Tangkapan layar

Bisnis

Ekonom Wanti-wanti Kondisi Fiskal dan Kebijakan Indonesia Mirip Bangladesh

JUMAT, 21 MARET 2025 | 14:36 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Kondisi fiskal dan kebijakan ketenagakerjaan Indonesia saat ini hampir memiliki kesamaan dengan situasi yang terjadi di Bangladesh. 

Pengamat Ekonomi Yanuar Rizki menyoroti masalah defisit fiskal serta kebijakan pemerintah terkait rekrutmen pegawai negeri sipil (PNS), yang dinilainya dapat menimbulkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat terdidik.

Menurut Yanuar, salah satu pemicu ketidakstabilan di Bangladesh adalah kebijakan pemerintah yang mengalokasikan kuota pekerjaan untuk keluarga veteran, padahal sebelumnya Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina sempat menjanjikan lapangan kerja bagi kelompok terdidik dalam kampanye pemilu.


Selain itu, pemerintah Bangladesh juga mengucurkan bantuan sosial (bansos) menjelang Pemilu, yang membuat kondisi fiskal mereka semakin sempit. Hal ini, kata dia, menyebabkan ketidakpuasan yang berujung pada kerusuhan.

"Di saat yang sama bansos yang diberikan ketika dia menuju pemilu fiskalnya Bangladesh sudah sempit defisit lah itu kan ciri-ciri mirip banget dengan kita. Orang mau masuk jadi PNS tapi kuotanya untuk veteran, di kita itu banyak orang sudah diterima sebagai PNS, tapi pengangkatannya ditunda, di sisi lain banyak dari mereka sudah resign dari pekerjaan sebelumnya," jelas Yanuar, dikutip RMOL dalam YouTube Forum Keadilan TV pada Jumat 21 Maret 2025.

Ia juga menyoroti bagaimana situasi ketenagakerjaan semakin sulit karena sektor swasta sedang menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Lebih lanjut, Yanuar mengkritik kebijakan pemerintah RI yang membuka peluang bagi perwira TNI untuk masuk ke dalam sektor pendidikan bisnis serta mengisi jabatan di BUMN dan pemerintahan daerah.

"Apa bedanya ini dengan kebijakan di Bangladesh yang memberikan kuota kepada veteran?" tegasnya.

Sebagai ekonom yang telah mengamati berbagai krisis ekonomi sejak 1998, Yanuar mengingatkan bahwa kebijakan fiskal yang tidak tepat dapat memperburuk ketimpangan sosial dan menimbulkan instabilitas ekonomi. 

"Kita punya resiko sinyal-sinyal kayak Bangladesh. Sekarang tawarannya ada di Pak Presiden (Prabowo Subianto) kita mau seperti China 98 yang melangkah di depan kurva membereskan semua masalah, atau terlena seperti Bangladesh yang saat ini mengalami krisis?" pungkasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya