Gerakan protes terbesar dalam sejarah Serbia modern terus mengguncang ibu kota Beograd, dengan sedikitnya 100.000 orang dari berbagai penjuru negeri berkumpul untuk menuntut agar pemerintah menangani masalah korupsi dengan lebih serius.
Protes ini dimulai lebih dari empat bulan lalu setelah tragedi runtuhnya atap stasiun kereta api utama di Novi Sad yang menewaskan 15 orang.
Peristiwa tersebut telah menjadi simbol ketidakpuasan publik terhadap pemerintah Presiden Aleksandar Vucic, yang dianggap gagal dalam menangani masalah infrastruktur dan korupsi yang meluas.
Mengutip
Politico pada Rabu, 19 Maret 2025, lebih dari 100.000 orang turun ke jalan di hari Sabtu, 15 Maret, memadati jalan-jalan Beograd. Sebuah sumber dari Kementerian Dalam Negeri bahkan menyebutkan angka ini mencapai 107.000 orang, sementara perkiraan independen menyebutkan bahwa jumlahnya bisa mencapai 300.000.
Para demonstran yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa, akademisi, dan warga sipil biasa, memegang plakat, menyanyikan lagu-lagu protes, dan mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap pemerintahan Vu?i?.
Tragedi runtuhnya atap stasiun di Novi Sad pada November 2024 menjadi pemicu utama bagi protes ini.
Stasiun yang dibangun pada tahun 1964 itu sudah lama membutuhkan renovasi, dan proyek perbaikan yang dibiayai oleh inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok tidak hanya tertunda tetapi juga menambah biaya yang terus membengkak.
"Korupsi, kontrak yang buruk, dan kurangnya pengawasan berperan dalam keruntuhan ini," kata salah seorang pengunjuk rasa.
Sejak tragedi itu, masyarakat semakin meragukan kemampuan pemerintah untuk menjalankan proyek besar dengan transparansi dan akuntabilitas.
Para demonstran mengenang para korban dengan mengadakan penghormatan hening selama 15 menit, dan setiap bulan pada tanggal 15, protes serupa digelar di Beograd.
Mahasiswa yang memimpin protes ini juga menuntut perbaikan lembaga-lembaga negara yang mereka anggap telah dipengaruhi oleh kekuasaan yang terlalu lama berada di tangan satu pihak.
Salah satu mahasiswa yang berpartisipasi dalam protes menjelaskan: "Kami ingin sistem yang lebih adil, bukan hanya mengganti pemimpin tetapi juga memperbaiki cara negara ini berjalan."
Namun, protes ini juga diwarnai dengan ketegangan yang meningkat. Sekitar pukul 19.00, saat penghormatan hening berlangsung, terdengar suara mendesing yang sangat keras di tengah kerumunan.
Banyak pengunjuk rasa yang terjatuh dan terluka. Media lokal dan saksi mata menduga bahwa itu adalah penggunaan meriam sonik, alat pengendali massa yang kontroversial.
Meriam sonik dikenal karena dapat menyebabkan rasa sakit, disorientasi, dan bahkan kerusakan pendengaran. Presiden Vucic membantah dugaan penggunaan meriam sonik, mengklaim bahwa suara tersebut berasal dari senjata anti-drone yang digunakan untuk melumpuhkan perangkat tak berawak di area tersebut.
Namun, penyangkalan ini tidak meyakinkan banyak orang, dan penyelidikan mendesak telah dimulai.
Sebagian besar pendukung protes datang dari kalangan mahasiswa yang telah lama merasa frustasi dengan sistem yang ada. Mereka telah mengorganisir pemboikotan kelas dan menduduki universitas untuk mendukung gerakan tersebut.
Salah seorang mahasiswa dari Fakultas Seni Drama di Beograd mengatakan bahwa mereka tidak hanya melawan korupsi, tetapi juga melawan ketidakadilan dalam pendidikan dan kehidupan sosial.
Dengan kemampuan mereka untuk berunjuk rasa hampir setiap hari, gerakan ini terus berkembang pesat, meskipun pemerintah berusaha menekan dengan berbagai cara, termasuk memaksa beberapa pejabat untuk mengundurkan diri.
Walaupun protes ini berhasil mengguncang kestabilan politik Serbia, sejauh ini presiden Vucic masih berhasil mempertahankan kekuasaannya.
Dalam upaya meredakan ketegangan, Vucic meminta sejumlah pejabat, termasuk wali kota Novi Sad dan beberapa menteri, untuk mundur.
Meskipun begitu, langkah ini tidak banyak mendapat dukungan dari masyarakat yang merasa bahwa pengunduran diri sekutu-sekutu Vucic tidak menyelesaikan akar masalah.
"Vucic ingin menunjukkan bahwa dia tetap berkuasa, bahkan jika sekutunya harus dipertaruhkan," ungkap seorang pengamat politik.
Protes ini juga semakin memperburuk citra Vucic di mata publik internasional, termasuk di kalangan masyarakat Serbia yang memandang Uni Eropa dengan kecurigaan.
"Orang-orang di Serbia melihat Vucic sebagai penghalang utama bagi perubahan yang diinginkan, dan semakin banyak yang merasa bahwa dia bukanlah pemimpin yang bisa membawa negara maju," kata seorang pengamat politik lokal.
Salah satu tanda melemahnya dukungan terhadap Vucic datang dari figur publik terkenal, Novak Djokovic. Legenda tenis ini telah menyuarakan dukungannya terhadap gerakan protes beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir.
Djokovic, yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling terkenal di Serbia, membagikan foto udara dari pusat kota Beograd yang dipenuhi pengunjuk rasa dengan tulisan "Sejarah! Mulia."
Langkah ini sangat berarti bagi banyak orang di Serbia yang menganggap Djokovic sebagai simbol keberhasilan negara mereka, yang kini menyatakan solidaritas terhadap perjuangan melawan korupsi.
Meskipun protes ini terus berkembang dan memperlihatkan adanya ketidakpuasan besar terhadap pemerintahan Vucic, kemungkinan perubahan besar dalam waktu dekat tetap kecil.
Presiden Vucic masih memiliki kendali yang kuat atas negara ini, meskipun dukungan terhadapnya mulai terkikis. Uni Eropa juga telah menyatakan keprihatinan atas situasi ini, tetapi tidak menunjukkan dukungan langsung kepada para demonstran.