Berita

Gedung kantor pusat Bank of Japan/Reuters

Bisnis

Tak Terpengaruh Inflasi, Bank of Japan Pertahankan Kebijakan Moneter

RABU, 19 MARET 2025 | 12:17 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneternya sebagai hasil dari rapat dewan hari ini, Rabu 19 Maret 2025, di tengah inflasi yang meningkat dan ketidakpastian ekonomi global.

Dikutip dari Nikkei Asia, BOJ tetap mempertahankan suku bunga acuan, yaitu suku bunga pinjaman tanpa jaminan di angka 0,5 persen, setelah sebelumnya menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen pada Januari lalu.

Inflasi utama di Jepang kembali meningkat sejak akhir tahun lalu. Pada Januari, inflasi mencapai 4 persen, tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kenaikan harga beras, yang merupakan makanan pokok di Jepang membuat masyarakat khawatir dan memicu kenaikan harga lebih luas, termasuk makanan olahan dan biaya makan di luar.


Setelah bertahun-tahun mengalami deflasi, Jepang kini menghadapi gelombang inflasi akibat pelemahan yen terhadap dolar AS sejak 2022. Hal ini terjadi setelah bank sentral AS, Federal Reserve, memperketat kebijakan moneter dengan cepat, sehingga harga barang impor semakin mahal bagi Jepang.

Saat ini, nilai tukar Yen menurun terhadap Dolar AS.  Dolar AS pada perdagangan hari ini menjadi 149,56 Yen, setelah hampir menyentuh 160. 

BOJ sebelumnya telah melakukan intervensi di pasar mata uang pada 2022 dan 2024 untuk menstabilkan Yen.

BOJ tampaknya berhati-hati untuk tidak memperburuk pelemahan Yen dengan mempertahankan selisih suku bunga yang terlalu besar dengan AS.

Sebagian besar ekonom memperkirakan BOJ akan kembali menaikkan suku bunga menjadi 0,75 persen pada 30-31 Juli. Namun, perkiraan mengenai kenaikan selanjutnya masih beragam.

Menurut survei QUICK, anak perusahaan Nikkei, sekitar sepertiga ekonom memperkirakan suku bunga akhir tahun ini akan mencapai 1,0 persen. Sepertiga lainnya memperkirakan 1,25 persen atau 1,5 persen.

BOJ menggambarkan kenaikan suku bunga ini sebagai langkah "normalisasi kebijakan" setelah lebih dari satu dekade bereksperimen dengan kebijakan moneter ekstrem, seperti suku bunga negatif dan pembelian obligasi tanpa batas. 

Meski suku bunga mulai naik, BOJ menegaskan kebijakannya masih mendukung pertumbuhan ekonomi karena suku bunga tetap lebih rendah dari inflasi.

Namun, kebijakan BOJ ini berlawanan dengan kebijakan Federal Reserve (AS) dan Bank Sentral Eropa, yang justru diperkirakan akan memotong suku bunga dua kali tahun ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya