Berita

Donald Trump (Foto: newrepublic.com)

Bisnis

Trump Ancam Iran, Dolar AS Libas Rp16.400

SELASA, 18 MARET 2025 | 18:57 WIB | OLEH: ADE MULYANA

SENTIMEN rilis data penjualan ritel AS yang dilaporkan tumbuh 0,2 persen pada Februari lalu akhirnya gagal menghantarkan gerak tajam di pasar uang global. Pantauan menunjukkan, posisi indeks Dolar AS yang tak terlalu beranjak usai rilis data tersebut. Situasi ini sekaligus mencerminkan posisi nilai tukar mata uang utama dunia yang masih stabil di level tertingginya dalam sepekan terakhir.

Pelaku pasar terkesan lebih menantikan sentimen lain dari Bank Sentral AS, The Fed menyangkut suku bunga untuk menentukan arah gerak pasar lebih jauh. Namun di tengah situasi yang cenderung stabil tersebut, kinerja mata uang Asia justru kembali tertekan dalam menjalani sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 18 Maret 2025.

Pantauan menunjukkan, seluruh mata uang Asia yang kompak menjejak zona merah meski cenderung dalam rentang moderat. Laporan juga menyebutkan, pelaku pasar yang sempat terarah perhatiannya pada pernyataan terkini Presiden AS Donald Trump menyangkut konflik di Timur-Tengah.


Dalam pernyataan terkininya, Trump menyebut bahwa Iran harus bertanggung jawab atas serangan Houthi di masa depan. Namun respon pelaku pasar terkesan tak terlalu signifikan. Kinerja melemah moderat mata uang Asia akhirnya bertahan hingga pertengahan sesi sore untuk kemudian sedikit mengikis pelemahan menjelang penutupan sesi.

Pelemahan tertajam mendera Rupiah yang merosot hingga kisaran 0,4 persen. Terkini, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp16.420 per Dolar AS atau melemah tipis 0,15 persen setelah sempat mencetak titik terlemahnya di kisaran Rp16.469 per Dolar AS. Tinjauan RMOL juga menunjukkan, Rupiah yang beberapa kali sempat mampu menjejak zona penguatan tipis namun terjadi secara sporadis dan dengan cepat beralih ke zona merah. Pola serupa juga terlihat pada mata uang Asia lainnya, seperti Rupee India.

Hingga ulasan ini disunting, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Ringgit Malaysia bersama Rupiah masih betah di zona pelemahan. Selebihnya mata uang Asia mampu beralih ke zona hijau meski dalam rentang terbatas. Sentimen arahan dari keputusan The Fed menyangkut suku bunga, lagi lagi menjadi pusat perhatian pelaku pasar.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya