Berita

Dubes Afrika Selatan untuk AS yang diusir, Ebrahim Rasool/Net

Dunia

Afrika Selatan Kecewa Dubesnya Diusir AS

MINGGU, 16 MARET 2025 | 15:41 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Afrika Selatan mengungkapkan penyesalan atas keputusan Amerika Serikat yang mengusir duta besar mereka, Ebrahim Rasool. 

Dalam sebuah pernyataan resmi, kantor Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menegaskan bahwa tindakan tersebut cukup mengecewakan. 

"Presiden telah mencatat pengusiran yang sangat disesalkan terhadap duta besar Afrika Selatan untuk Amerika Serikat, Tn. Ebrahim Rasool," tulis pernyataan itu, seperti dimuat AFP pada Minggu, 16 Maret 2025. 


Ramaphpsa juga mendesak semua pemangku kepentingan yang relevan dan terdampak untuk menjaga kesopanan diplomatik yang telah ditetapkan dalam keterlibatan mereka dengan masalah ini.

Meski terjadi ketegangan, pemerintah Afrika Selatan menegaskan komitmennya untuk terus membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat. 

"Afrika Selatan tetap berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat," tegas Presiden dalam pernyataan tersebut.

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menyatakan pada Jumat, 14 Maret 2025 bahwa Duta Besar Ebrahim Rasool tidak lagi diterima di AS karena ia dianggap sebagai "politisi yang suka menghasut isu rasial" dan memiliki kebencian terhadap Presiden AS Donald Trump. 

Hal ini semakin memperburuk ketegangan diplomatik yang sudah lama ada antara Washington dan Pretoria.

Pengusiran Rasool, seorang tokoh penting dalam perjuangan anti-apartheid, datang di tengah ketegangan yang semakin meningkat antara kedua negara. Ketegangan ini dipicu oleh beberapa kebijakan kontroversial yang dikeluarkan oleh Presiden Trump.

Bulan lalu, Trump memutuskan untuk membekukan bantuan AS ke Afrika Selatan, dengan alasan bahwa negara tersebut memberlakukan kebijakan yang memungkinkan tanah dirampas dari petani kulit putih. 

Sebelumnya, Trump juga memperburuk situasi dengan menyarankan bahwa petani kulit putih di Afrika Selatan dapat menetap di AS, setelah mengulangi tuduhan bahwa pemerintah Afrika Selatan "merampas" tanah dari petani kulit putih.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya