Berita

Profesor Didin S Damanhuri (tangkapan layar/RMOL)

Politik

Berikut Ulasan Prof Didin Damanhuri soal Indonesia Gelap

MINGGU, 16 MARET 2025 | 12:12 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Munculnya kampanye Indonesia Gelap oleh seluruh mahasiswa bukan tanpa alasan. Pasalnya, sejumlah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dianggap kurang relevan.

Pakar ekonomi senior dari Indef Profesor Didin S Damanhuri menuturkan dari perspektif ekonomi, mahasiswa menggaungkan Indonesia Gelap memiliki dalih bahwa program ekonomi kerakyatan yang dimunculkan Presiden Prabowo Subianto tidak                                         
“Ternyata dengan kategori ekonomi untuk rakyat, yang notabene adalah program jangka menengah panjang, tetapi kemudian di depan mata ada persoalan-persoalan jangka pendek, yaitu yang menimbulkan sentimen negatif terhadap publik, yang menyimpulkan adanya Indonesia Gelap,” kata Prof Didin S Damanhuri dalam acara virtual Forum Insan Cita dengan tema “Indonesia Gelap atau Terang : Perspektif Ilmu Ekonomi, Politik dan Hukum” pada Minggu, 16 Maret 2025.

“DI samping karena ada yang bersifat politik misalnya Presiden Jokowi diangkat sebagai penasehat Danantara,” sambungnya.

“DI samping karena ada yang bersifat politik misalnya Presiden Jokowi diangkat sebagai penasehat Danantara,” sambungnya.

Hal itu dinilai tidak sejalan dengan program ekonomi kerakyatan Presiden Prabowo, lantaran Prof Didin melihat bahwa Jokowi baru saja mendapat predikat finalis dari OCCRP namun justru diangkat menjadi penasihat Danantara. 

“OCCRP ini memilih Jokowi sebagai pemimpin dunia terkorup, sebagai warisan kebijakan dengan indikator yang terus memburuk, indeks korupsi, indeks demokrasi, pembelahan bangsa akibat dipakainya buzzer, memaksakan konstitusi untuk wapres, putranya. Dan juga banyak indikator jangka pendek yang dihadapi sekarang,” tutupnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya