Berita

Ilustrasoi/Net

Bisnis

Laporan Moody's: Perekonomian Global Rapuh Terbebani Ketegangan Perdagangan

JUMAT, 14 MARET 2025 | 13:12 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat tahun ini, terbebani oleh ketegangan perdagangan, ketidakpastian kebijakan, dan risiko geopolitik.

Laporan Moody's Analytics, yang dirilis baru-baru ini, memproyeksikan produk domestik bruto (PDB) global tumbuh 2,4 persen pada  2025 dan 2026, turun dari  tahun sebelumnya yang tercatat 2,7 persen. 

Moody's mengatakan, perekonomian global memasuki wilayah yang genting. 


"AS telah mengungguli negara lain selama hampir tiga tahun terakhir, tetapi celah-celah mulai terlihat. Prospek drama batas utang baru dan  government shutdown  di AS dapat menambah kekacauan," tulis Moody's, seperti dikutip dari TheEdge, Jumat 14 Maret 2025.

Ramalan suram semakin condong ke sisi negatifnya. Ekonomi dunia terlihat semakin rapuh, dan tidak perlu banyak hal untuk menjungkirbalikkannya. 

"Tarif yang lebih tinggi, meningkatnya gesekan perdagangan dan geopolitik, serta perdagangan di pasar keuangan yang bergejolak, adalah kekhawatiran utama," kata Moody's.

China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan PDB menjadi 4,2 persen di tahun 2025, dan 3,8 persen di tahun 2026. 

Tekanan perang dagang dan tantangan struktural membuat target pertumbuhan Beijing yang ambisius sebesar 5 persen menjadi lebih sulit untuk dicapai.

Moody's mencatat bahwa meskipun pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan "sekitar 5 persen" untuk tahun 2025, pencapaiannya akan semakin sulit pada saat ketegangan perdagangan China dan AS meningkat.

Sementara itu, pertumbuhan di Eropa dan Jepang akan mengalami sedikit perbaikan. Pemulihan yang lambat dan tidak merata membantu mereka mendapatkan kembali posisinya. 

"Pertumbuhan PDB India akan bertahan stabil, sedikit di bawah 6,5 persen pada tahun 2025 dan 2026, kurang lebih sejalan dengan hasil tahun 2024," lanjut Moody's. 

Sebagian besar  emerging market  akan mengalami kesulitan, karena perdagangan menjadi mesin pertumbuhan yang kurang dapat diandalkan, katanya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya