Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Uni Eropa Bakal Kurangi Pasokan Obat Murah dari China dan India

RABU, 12 MARET 2025 | 14:59 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Komisi Eropa berencana mengurangi ketergantungan Uni Eropa (UE) pada China dan India dalam pasokan antibiotik serta obat-obatan penting lainnya melalui rancangan undang-undang Critical Medicines Act.

Dengan langkah tersebut, UE ingin memperkuat rantai pasokan untuk sekitar 270 jenis obat yang dianggap penting bagi kesehatan dan keamanan masyarakat. Daftar obat-obatan tersebut terakhir diperbarui pada Desember lalu.

Salah satu poin utama dalam aturan ini adalah dorongan bagi negara-negara anggota UE untuk mengakhiri praktik tender obat generik yang hanya berfokus pada harga terendah.


Produsen obat generik Eropa menilai kebijakan ini telah memicu persaingan tidak sehat, di mana perusahaan-perusahaan Eropa sulit bersaing dengan pemasok dari China dan India.

Dikutip dari Nikkei Asia, Rabu 12 Maret 2025, saat ini, lebih dari 80 persen bahan aktif antibiotik yang digunakan di Eropa berasal dari Asia, terutama China. Hal ini disampaikan oleh 11 menteri kesehatan Uni Eropa dalam sebuah surat yang dipublikasikan akhir pekan lalu.

Meski demikian, keputusan akhir terkait tender obat tetap berada di tangan pemerintah masing-masing negara anggota, bukan Komisi Eropa. Seorang pejabat kesehatan Eropa yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa faktor anggaran akan tetap menjadi pertimbangan utama dalam pengadaan obat.

"Jika saya bisa menghemat biaya pengadaan insulin, saya akan melakukannya. Setiap euro yang dihemat dapat dialokasikan untuk perawatan pasien kanker atau penyakit neurodegeneratif," ujarnya.

Dalam rancangan aturan ini, Komisi Eropa meminta agar pemerintah negara anggota mempertimbangkan faktor selain harga dalam memilih pemasok obat. Namun, jika ada alasan yang kuat berdasarkan analisis pasar dan pertimbangan anggaran, pemilihan berdasarkan harga masih dimungkinkan.

Meskipun langkah ini bertujuan untuk meningkatkan produksi obat di Eropa, masih ada keraguan apakah kebijakan ini benar-benar akan membawa perubahan besar dalam rantai pasokan farmasi.

Sejak dua tahun lalu, Komisi Eropa telah mengusulkan reformasi industri farmasi agar masyarakat dapat lebih mudah mengakses obat-obatan baru dan generik. Namun, hingga saat ini, perubahan tersebut belum disahkan menjadi undang-undang.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya