Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) mengatakan pihaknya terus berhati-hati dalam memilih instrumen investasi guna menjaga keamanan dan keberlanjutan dana haji.
Anggota Badan Pelaksana BPKH Bidang Investasi Surat Berharga dan Emas, Indra Gunawan memastikan BPKH hanya akan menempatkan dana pada investasi yang aman, stabil, dan sesuai prinsip syariah.
"Kita gak maulah yang aneh-aneh Pak. Kita maulah yang aman, syariah," kata Indra pada Sabtu 8 Maret 2025.
Salah satu bentuk kehati-hatian BPKH adalah dalam berinvestasi di pasar saham. Meskipun ada indeks saham syariah seperti Jakarta Islamic Index (JII), fluktuasi harga yang tinggi membuat instrumen ini kurang menarik bagi BPKH.
"Bisa dicek, 10 tahun terakhir kinerja indeks saham syariah jeblok dibandingin profesional. Gak ada
cashflow-nya, dividennya paling cuma 2-4 persen, tapi harga turunnya bisa tajem kayak kemarin 20 persen," jelasnya.
"Sudah 10 tahun terakhir ini Pak, kita sudah pelajari semua kalau memang suatu saat mulai bagus lagi, kita (akan coba). Tapi masalahnya tidak ada arus
cash," ungkap Indra.
Dalam hal ini, ia mencontohkan kasus BPJS yang mengalami
unrealized loss akibat investasi di saham dan sempat dipanggil pihak berwajib.
Sebagai bagian dari strateginya, BPKH, kata Indra memilih sukuk yang dikeluarkan pemerintah sebagai pilihan investasi yang aman dan dipastikan tidak
default.
"Kalau sukuk cukup enak Pak. Kita tiap hari bahkan tahu mau ada kupon berapa, segala macam. Misalnya sehari ini kita sudah kira-kira Rp2,5 triliun, nanti April-Mei kita dapet kira-kira Rp5 triliun. Mudah-mudahan kita tembus," tuturnya.
Sementara itu, BPKH juga menyisihkan sebagian instrumen investasinya di emas. Menurut Indra, emas dinilai sebagai alat lindung nilai (
hedging) yang efektif terhadap inflasi dan fluktuasi nilai tukar.
"Tapi kalau untuk tumbuh kembangnya, itu belum tentu, karena tidak ada arus kasnya kan. Tidak ada dividennya, tidak ada kuponnya kalau emas. Jadi murni kepada nilai emasnya, harga emasnya berapa," pungkasnya.