Berita

Presiden Ukraina, Volodimir Zelensky dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron/Net

Dunia

Prancis Tawarkan Akses Intelijen ke Ukraina, Gantikan Peran AS

KAMIS, 06 MARET 2025 | 16:43 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Prancis menyatakan kesiapannya untuk memberikan akses intelijen kepada Ukraina setelah Amerika Serikat menangguhkan kerja sama tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Prancis, Sébastien Lecornu, pada Kamis, 6 Maret 2025, sehari setelah Washington menghentikan akses intelijen Ukriana guna menekan Presiden Volodymyr Zelensky.  

"Kami memiliki sumber daya intelijen yang kami gunakan untuk membantu Ukraina," ujar Lecornu kepada stasiun radio France Inter.  

Langkah AS menangguhkan akses intelijen diyakini sebagai bagian dari upaya pemerintahan Donald Trump untuk mendorong Zelensky agar terlibat dalam perundingan damai dengan Rusia, yang telah menginvasi Ukraina sejak Februari 2022.   

Lecornu menekankan bahwa sejak keputusan Washington berlaku pada Rabu sore, 5 Maret 2025, pembagian intelijen dengan Kyiv telah terhenti. Ia juga menyoroti dampaknya terhadap Inggris sebagai sekutu dekat AS.  

"Itu telah ditangguhkan sejak kemarin sore. Saya pikir bagi teman-teman Inggris kami yang berada dalam komunitas intelijen dengan Amerika Serikat, itu lebih rumit," tambahnya.  

Keputusan Prancis ini memperlihatkan peran yang lebih aktif dalam mendukung Ukraina, terutama di tengah dinamika geopolitik yang berkembang di Eropa.   

Selain bantuan intelijen, Prancis juga menegaskan bahwa persediaan senjata nuklirnya sudah mencukupi untuk menjaga keamanan nasional dan sekutu-sekutunya.  

"Senjata nuklir kami dikembangkan sejak awal Perang Dingin dan dirancang agar independen dari kekuatan dominan saat itu, Washington dan Moskow," ujar Lecornu.  

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga membuka kemungkinan memperluas perlindungan senjata nuklir Prancis bagi mitra-mitra Eropanya dalam menghadapi ancaman dari Rusia.

Pernyataan ini disampaikan menjelang pertemuan puncak para pemimpin Eropa yang berfokus pada isu Ukraina dan pertahanan kawasan.  

Langkah Prancis ini dipandang sebagai sinyal bahwa Paris ingin mengisi kekosongan yang ditinggalkan AS dalam mendukung Kyiv, sekaligus memperkuat kepemimpinan Eropa dalam menghadapi ancaman dari Moskow.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya