Presiden Prancis Emmanuel Macron/Net
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan ketenangan setelah adu mulut antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih.
"Kita semua harus kembali tenang, saling menghormati. Sehingga kita dapat melangkah maju. Karena apa yang dipertaruhkan terlalu penting," ujar Macron dalam wawancaranya dengan Journal du Dimanche pada Minggu, 2 Maret 2025.
Macron memperingatkan bahwa jika AS menarik diri dari Ukraina, hal itu tidak hanya merugikan Kyiv tetapi juga melemahkan posisi geopolitik Washington sendiri.
"Memaksa Ukraina menandatangani gencatan senjata tanpa jaminan keamanan akan membuat kapasitasnya untuk menghalangi Rusia, Tiongkok, dan negara lain menguap pada hari yang sama," tegasnya.
Presiden Prancis juga menekankan bahwa jika Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dihentikan di Ukraina, maka ia akan mengalihkan perhatiannya ke Moldova, bahkan mungkin ke Rumania.
Macron lebih lanjut memperingatkan bahwa jika AS mencapai kesepakatan dengan Rusia tanpa melibatkan negara-negara Eropa, maka hal itu dapat memicu perpecahan dalam aliansi Barat.
"Jika Amerika Serikat mencapai kesepakatan dengan Rusia tanpa melibatkan orang Eropa di meja perundingan itu akan menjadi keretakan dalam aliansi," kata dia.
Meski begitu, Macron menegaskan bahwa Prancis tetap mendukung perdamaian, tetapi bukan dengan cara yang merugikan Ukraina.
"Kami mendukung perdamaian, tetapi bukan kapitulasi yang terjadi dengan latar belakang kekalahan atau pengabaian Ukraina," ujar Macron.
Pada kesempatan itu, Macron turut menyatakan bahwa Eropa harus mulai mempertimbangkan otonomi pertahanannya sendiri, khususnya dalam hal pencegahan nuklir.
"Kami memiliki perisai, mereka tidak. Dan mereka tidak dapat lagi bergantung pada pencegah nuklir Amerika. Kami membutuhkan dialog strategis dengan mereka yang tidak memilikinya, dan itu akan membuat Prancis lebih kuat," katanya.
Saat ini, hanya Prancis dan Inggris yang memiliki persenjataan nuklir di Eropa. Macron mengusulkan agar negara-negara Eropa yang tidak memiliki senjata nuklir mulai membangun strategi pertahanan bersama.
Bentrokan antara Trump dan Zelensky pada Jumat lalu, 28 Februari 2025 yang berujung pada pengusiran Zelensky dari Gedung Putih, telah memicu kekhawatiran di Eropa.
Peristiwa ini menambah ketidakpastian atas komitmen AS terhadap Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.
Pernyataan keras Macron ini datang menjelang pertemuan di London yang akan mempertemukan Zelensky dengan sekutu-sekutu Eropa.
Dalam pertemuan tersebut, para pemimpin Eropa akan membahas langkah-langkah strategis dalam merespons perubahan kebijakan AS terhadap Rusia dan Ukraina.