Pelaksanaan salat tarawih di lokasi pengungsi korban bencana pergerakan tanah di Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya/RMOLJabar
Suasana haru menyelimuti pelaksanaan salat tarawih di lokasi pengungsian warga korban pergerakan tanah di Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Sabtu malam, 1 Maret 2025.
Meski dalam keterbatasan, warga yang terdampak bencana tetap berkumpul di GOR Desa Cikondang, tempat mereka mengungsi setelah rumah-rumah hancur akibat pergerakan tanah yang semakin meluas.
Salat tarawih kali ini terasa sangat emosional, mengingat mereka harus menjalani bulan suci Ramadan di tengah kesulitan. Dalam suasana penuh haru, mereka tetap melaksanakan ibadah dengan khusyuk, saling memberikan semangat dan doa agar diberi kekuatan dalam menghadapi cobaan.
Para pengungsi terlihat saling berbagi rasa kepedulian, baik antarsesama korban maupun dengan relawan yang turut hadir membantu. Meski berada di tempat pengungsian yang jauh dari kenyamanan, semangat kebersamaan dan keimanan tetap menjadi penguat bagi mereka untuk terus bertahan dan berharap akan masa depan yang lebih baik.
Rasman (45), seorang Ketua RT setempat, mengungkapkan bahwa meskipun kondisi mereka jauh dari kata ideal, pelaksanaan salat tarawih ini menjadi salah satu penguat spiritual yang sangat dibutuhkan di tengah kesulitan yang mereka alami.
"Biasanya kami tarawih di masjid dekat rumah, sekarang harus di pengungsian. Rasanya sedih, tapi kami tetap bersyukur masih bisa berkumpul dan beribadah bersama," kata Rasman, dikutip
RMOLJabar, Sabtu malam, 1 Maret 2025.
Ia juga berharap agar doa-doa yang dipanjatkan dapat menjadi berkah dan membawa perubahan positif bagi masa depan mereka.
"Kami hanya bisa berharap bencana ini segera berakhir. Kami rindu rumah kami, rindu suasana Ramadan seperti dulu. Tapi setidaknya, kami masih bisa bersama, beribadah, dan saling menguatkan," ucapnya.
Sementara itu, Ketua MUI Desa Cikondang, KH Rukmana, yang memimpin salat tarawih malam itu, juga mengungkapkan bahwa kegiatan salat tarawih di pengungsian ini diharapkan bisa menjadi pengingat bahwa di balik setiap cobaan, masih ada harapan dan kekuatan yang dapat diambil dari ibadah dan kebersamaan.
"Ini pengalaman pertama bagi kami semua, melaksanakan tarawih di pengungsian," ucap KH Rukmana.
Ia menyampaikan bahwa Ramadan tahun ini terasa berbeda bagi warga, karena mereka harus menjalani ibadah dalam kondisi darurat.
"Biasanya kami di masjid yang sekarang sudah roboh. Tapi kami harus tetap sabar dan yakin bahwa ujian ini akan berlalu," paparnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 103 kepala keluarga (271 jiwa) terdampak, dengan 88 KK (223 jiwa) telah dievakuasi. Rumah mereka kini hanya tinggal puing-puing, sementara masjid dan madrasah yang dulu menjadi pusat ibadah dan pendidikan juga rata dengan tanah.
Sejak akhir Januari 2025, bencana pergerakan tanah telah mengubah kehidupan warga Desa Cikondang. Setiap hari, tanah bergeser hingga 10-20 cm per jam, menyebabkan rumah-rumah retak dan akhirnya roboh.
Selain salat tarawih Ramadan, warga di pengungsian juga berencana mengadakan kuliah subuh dan tadarus bersama.
"Semua kegiatan dilakukan untuk menjaga semangat kebersamaan dan keimanan di tengah cobaan yang kita hadapi saat ini," tutup KH Rukmana.