Berita

Peluncuran Danantara/Tangkapan layar

Bisnis

Tantangan Danantara: Pasar Modal yang Sempit dan Minim Alternatif Investasi

RABU, 26 FEBRUARI 2025 | 11:04 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Kehadiran Danantara sebagai sovereign wealth fund baru Indonesia disambut dengan optimisme tinggi. Namun, di balik harapan besar tersebut, tantangan yang dihadapi Danantara tidak ringan.

Ekonom Paramadina, Wijayanto Samirin, menyoroti keterbatasan kesempatan investasi di dalam negeri yang dapat menghambat operasional Danantara, yang membutuhkan investasi jangka pendek untuk menjaga likuiditas sekaligus tingkat pengembalian investasi.

“Danantara akan menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah begitu buruk dan terbatasnya kesempatan berinvestasi di Indonesia, dengan dana berlimpah, permasalahan menjadi semakin besar,” kata Wijayanto kepada RMOL pada Rabu 26 Februari 2025.


Selain mendanai 20 proyek strategis untuk return jangka panjang, Danantara, kata Wijayanto seharusnya bisa menanamkan investasi di pasar modal. Namun, kendala utama adalah kondisi pasar modal Indonesia yang dinilai sedang "mati suri." 

Menurut Wijayanto, banyak investor justru memilih Surat Berharga Negara (SBN) dengan bunga lebih dari 7 persen dan risiko nyaris nol, atau bahkan mengalihkan dana mereka ke luar negeri akibat maraknya saham ‘gorengan’.

“Investor lari kepada SBN, lari ke luar negeri karena terlalu dominannya praktik goreng-menggoreng di pasar modal kita. Gorengan buruk bagi kesehatan dan saham gorengan buruk bagi reputasi pasar modal dan negeri kita,” tuturnya.

Wijayanto menekankan bahwa Danantara membutuhkan "lapangan bermain" yang luas, sementara pasar modal Indonesia masih terlalu sempit. 

“Danantara adalah pemain investasi super besar. Ia memerlukan lapangan bermain yang luas, dan bisa dipastikan pasar modal kita terlalu sempit baginya untuk bergerak. Lagi-lagi, bisa saja ia memilih untuk bermain di luar, tetapi pilihan terbaik adalah tetap bermain di dalam,” pungkasnya.

Meskipun opsi investasi di luar negeri terbuka, langkah tersebut, menurut Wijayanto dapat bertolak belakang dengan tujuan utama pendirian Danantara sebagai agen pembangunan nasional.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya