Peti mati pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine di Beirut/Net
Hizbullah Lebanon akan menggelar upacara pemakaman massal bagi pemimpinnya, Hassan Nasrallah.
Upacara itu dimulai hari Minggu, 23 Februari 2025, lima bulan setelah Nasrallah tewas dalam serangan udara Israel.
Pemakaman ini diharapkan menjadi momen unjuk kekuatan politik bagi kelompok yang semakin melemah pasca-perang tahun lalu.
Mengutip
Reuters, upacara pemakaman akan diselenggarakan di Stadion Camille Chamoun Sports City di Beirut, di mana ribuan pendukung diharapkan hadir. Nasrallah kemudian akan dimakamkan di lokasi khusus di dekatnya.
“Pemakaman ini merupakan landasan peluncuran untuk fase berikutnya. Pemakaman besar yang dihadiri ratusan ribu orang merupakan cara untuk memberi tahu semua orang bahwa Hizbullah masih ada, bahwa mereka masih merupakan aktor utama Syiah di Lebanon,” ujar Mohanad Hage Ali dari Carnegie Middle East Center.
Acara ini juga akan menjadi penghormatan bagi Hashem Safieddine, yang sempat memimpin Hizbullah selama seminggu setelah kematian Nasrallah sebelum ia juga tewas dalam serangan Israel. Safieddine akan dimakamkan di selatan pada hari Senin, 24 Februari 2025.
Upacara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Iran, Irak, dan Yaman. Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi akan hadir, bersama dengan delegasi Irak dan pemimpin Houthi Yaman.
Nasrallah tewas pada 27 September 2024 dalam serangan udara Israel saat ia bertemu dengan para komandan di sebuah bunker di pinggiran selatan Beirut.
Serangan tersebut merupakan pukulan telak dalam tahap awal ofensif Israel yang telah mengurangi pengaruh kelompok yang didukung Iran ini.
Melemahnya posisi Hizbullah terlihat dalam politik pascaperang Lebanon. Kelompok ini mengalami kesulitan dalam membentuk pemerintahan baru, dan bahasa yang melegitimasi persenjataannya tidak disebutkan dalam pernyataan kebijakan kabinet baru.
Para pendukung Nasrallah mengenangnya sebagai pemimpin yang berani menentang Israel dan Amerika Serikat, sementara para musuhnya melihatnya sebagai kepala organisasi teroris yang mewakili kepentingan Iran di Timur Tengah.
Setelah terbunuh, ia sempat dimakamkan sementara di samping putranya, Hadi, yang tewas dalam pertempuran pada tahun 1997.
Pemakaman resmi ini diselenggarakan setelah pasukan Israel mulai mundur dari Lebanon selatan sesuai dengan ketentuan gencatan senjata yang didukung AS.
Namun, Israel masih mempertahankan lima posisi strategis yang telah lama diperebutkan Hizbullah.
Konflik terbaru antara Hizbullah dan Israel meningkat setelah kelompok tersebut menembakkan roket untuk mendukung Hamas dalam perang Gaza yang dimulai pada 8 Oktober 2023.