Drone menghantam pembangkit listrik tenaga nuklir yang hancur di Chernobyl/Net
Pesawat nirawak atau drone Rusia dilaporkan menghantam pembangkit listrik tenaga nuklir yang hancur di Chernobyl mengakibatkan beberapa kerusakan pada Kamis malam waktu setempat, 12 Februari 2025.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengungkap serangan drone begitu besar sampai mengakibatkan kerusakan di empat perlindungan beton. Diktakan bahwa api berhasil dipadamkan dan tingkat radiasi tidak meningkat.
“Sebuah pesawat nirawak serang Rusia dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi menghantam tempat perlindungan yang melindungi dunia dari radiasi di unit daya ke-4 yang hancur," ujarnya dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat
CNN. Video yang dibagikan oleh Zelensky menunjukkan cahaya terang dan kepulan asap yang mengepul ke langit malam, menandakan adanya ledakan di lokasi tersebut.
Zelensky mengkritik tindakan Rusia, menyatakan bahwa serangan terhadap infrastruktur Ukraina menunjukkan bahwa Presiden Vladimir Putin tidak berniat untuk bernegosiasi, melainkan ingin terus mengacaukan situasi.
“Serangan pesawat nirawak malam hari terhadap infrastruktur Ukraina berarti bahwa Putin jelas tidak mempersiapkan negosiasi ia bersiap untuk terus menipu dunia,” tegas Zelensky.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) juga mengonfirmasi bahwa tim mereka di lokasi mendengar ledakan dari Ruang Aman Baru dan melaporkan bahwa sebuah UAV telah menghantam atap fasilitas tersebut.
Zelensky mengunggah foto-foto yang diduga diambil dari dalam beton yang melindungi sisa-sisa reaktor. Unit 4 di Chernobyl meledak pada tahun 1986, menyebabkan penyebaran radioaktivitas yang luas. Beton yang melindungi area tersebut dibangun melalui kerja sama internasional dan selesai pada tahun 2017.
Dalam laporan terpisah, militer Ukraina melaporkan bahwa pada malam yang sama, Rusia meluncurkan 133 pesawat nirawak ke Ukraina, di mana 73 di antaranya berhasil ditembak jatuh.
“Pesawat nirawak ditembak jatuh di 11 wilayah, yang mencakup sebagian besar negara,” ungkap militer Ukraina.
Insiden ini terjadi menjelang dimulainya Konferensi Keamanan Munich di Jerman, di mana Wakil Presiden AS JD Vance dijadwalkan untuk bertemu dengan Zelensky.