Berita

Presiden Rusia, Vladimir Putin (Foto: AP)

Bisnis

Putin di Atas Angin, Rupiah Gagal Menguat Tajam

JUMAT, 14 FEBRUARI 2025 | 05:18 WIB | OLEH: ADE MULYANA

PERANG berkepanjangan Ukraina dan Rusia dispekulasikan segera berakhir menyusul langkah Presiden AS Donald Trump yang mengirim utusannya untuk menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodimir Zelinsky.

Trump kabarnya mengklaim bahwa Putin dan Zelinsky yang menginginkan perdamaian. Meski kemudian mantan pejabat penasehat keamanan Gedung Putih, John Bolton, menyebut kesepakatan Trump sebagai sikap menyerah kepada Putin.

Kabar tersebut dengan cepat menepis rilis data kurang bersahabat sebelumnya menyangkut inflasi bulanan AS yang dilaporkan sebesar 0,5 persen pada Januari lalu. Laporan lebih jauh menunjukkan, kinerja inflasi secara tahunan yang mencapai 3 persen, atau lebih tinggi ketimbang ekspektasi pasar yang sebesar 2,9 persen. Prospek penurunan suku bunga oleh The Fed, akhirnya buyar dan menghantarkan pelaku pasar terjebak dalam kekhawatiran.

Namun kekhawatiran pelaku pasar kemudian tertepis oleh kabar terkini dari langkah Trump meski belum ada jaminan berakhir nya perang Rusia-Ukraina. Gerak balik penguatan mata uang utama dunia akhirnya terjadi dalam rentang cukup signifikan dan semakin kukuh hingga sesi perdagangan sore ini di Asia, Kamis 13 Februari 2025.

Tinjauan RMOL menunjukkan, nilai tukar Euro, Poundsterling, Dolar Australia dan Dolar Kanada yang kompak menanjak dalam rentang signifikan. Laporan juga menyebutkan, langkah dan kebijakan Trump terbaru ini yang berhasil menyeret Harga minyak dunia turun curam. Situasi positif tersebut kemudian menyeret hampir seluruh mata uang Asia untuk menjejak zona positif.

Tak terkecuali dengan Rupiah, yang meski sempat menjejak zona merah, akhirnya mampu beralih menguat. Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp 16.350 per Dolar AS atau menguat sangat tipis 0,06 persen. Pelaku pasar di Jakarta nampaknya sekedar mengikuti pola dan sentimen yang berkembang di pasar global, di tengah minimnya sentimen domestik yang tersedia.

Pantauan di pasar uang Asia menunjukkan, kinerja Dolar Singapura yang menjadi jawara Asia dengan sempat mencetak penguatan signifikan hingga kisaran 0,49 persen. Sementara secara keseluruhan, penguatan mata uang Asia terpantau hanya berada di rentang moderat atau bahkan sangat tipis hingga rentan beralih ke zona pelemahan tipis.

Populer

Rektor UGM Ditantang Pamerkan Ijazah Jokowi

Selasa, 18 Maret 2025 | 04:53

Indonesia Dibayangi Utang Rp10 Ribu Triliun, Ekonom Desak Sri Mulyani Mundur

Jumat, 14 Maret 2025 | 12:40

KPK Kembali Panggil Pramugari Tamara Anggraeny

Kamis, 13 Maret 2025 | 13:52

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

KPK Didesak Segera Proses Laporan Dugaan Gratifikasi Gubernur Sumsel Herman Deru

Senin, 17 Maret 2025 | 14:09

Ekonom: Hary Tanoe Keliru Bedakan NCD dan ZCB

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:53

UPDATE

Fraksi Gerindra: Revisi UU TNI Bentuk Adaptasi Pertahanan Modern

Kamis, 20 Maret 2025 | 16:01

Ini Keunggulan Bigbox AI dalam Menopang Bisnis

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:51

Kalah Kenceng dari Marquez, Bagnaia Ingin Pakai Settingan Motor Tahun Lalu

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:42

Dinamika Reformasi dan Tata Kelola Intelijen, Ini Tantangannya

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:37

Coretan Dinding Mahasiswa

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:23

Prajurit TNI Aktif Isi Jabatan Sipil, Kedaruratan atau Minim Kapasitas?

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:18

KPK Berhasil Lelang Barang Rampasan Rp42,35 Miliar

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:15

Cegah Saham Anjlok Lagi, Waka MPR Usul Penguatan Investor Institusional Domestik

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:14

The Fed Pangkas Proyeksi Pertumbuhan, Ekonomi AS Terancam?

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:07

Prabowo Ingin Ciptakan Kawasan Ekonomi Khusus di 38 Provinsi

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:06

Selengkapnya