Berita

Dok Foto/Ist

Publika

Aplikasi Tujuh Kebiasaan Positif Bagi Anak Indonesia

Oleh: Lanny Ilyas Wijayanti*
SELASA, 11 FEBRUARI 2025 | 05:35 WIB

SUDAH seratus hari pemerintahan baru berjalan. Berdasarkan hasil riset dari berbagai lembaga survei, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tercatat sebagai salah satu kementerian dengan kinerja positif dalam periode awal ini.

Selain itu, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, mendapat apresiasi tinggi sebagai salah satu pemimpin dengan performa terbaik.

Capaian ini bukan sekadar penghargaan, tetapi juga menjadi dorongan bagi Kemendikdasmen untuk terus meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh anak Indonesia.


Sebagai contoh, dalam seratus hari pertama, Kemendikdasmen telah meluncurkan program-program peningkatan akses pendidikan bagi daerah tertinggal dan memperkuat pelatihan bagi tenaga pendidik. Hal ini menunjukkan komitmen nyata dalam membangun pendidikan yang lebih baik.

Menanamkan Kebiasaan Baik Sejak Dini

Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat mencakup tujuh kebiasaan utama yang harus ditanamkan sejak dini, yaitu bangun pagi, menjalankan ibadah, rutin berolahraga, menjaga pola makan sehat, memiliki semangat belajar, berinteraksi sosial dengan baik, dan tidur cukup.

Kebiasaan ini menjadi dasar bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi individu yang berdaya saing, berakhlak mulia, dan sehat secara menyeluruh.

Teori pembelajaran sosial dari Albert Bandura menjelaskan bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka amati di lingkungan sekitarnya. Misalnya, jika seorang anak melihat orang tua mereka bangun pagi dan beribadah secara rutin, kemungkinan besar anak akan meniru kebiasaan tersebut. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru dalam menerapkan kebiasaan positif secara konsisten menjadi kunci keberhasilan gerakan ini.

Selain itu, pendekatan konstruktivisme Jean Piaget menegaskan bahwa anak-anak membangun pemahaman melalui pengalaman langsung. Oleh karena itu, metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, misalnya menggunakan lagu dan permainan interaktif untuk anak usia dini, serta kegiatan berbasis praktik nyata bagi anak yang lebih besar.

Sebagai contoh, anak-anak di tingkat sekolah dasar dapat diajak untuk berpartisipasi dalam proyek kebersihan lingkungan untuk mengajarkan kebiasaan hidup bersih dan sehat secara lebih konkret.

Langkah Konkret untuk Implementasi yang Efektif

Keberhasilan gerakan ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Kemendikdasmen telah meluncurkan program inovatif seperti Senam Anak Indonesia Hebat dan Album Lagu Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat untuk menjadikan proses pembelajaran lebih menarik dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Senam ini tidak hanya meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga mengajarkan kedisiplinan dan kebersamaan. Sementara itu, lagu-lagu edukatif memudahkan anak-anak dalam menyerap nilai-nilai positif secara lebih menyenangkan dan kreatif.

Selain itu, sekolah-sekolah yang telah menerapkan gerakan ini melaporkan adanya peningkatan dalam disiplin siswa dan kebiasaan hidup sehat.

Keberhasilan gerakan ini juga bergantung pada keterlibatan lintas sektor, termasuk bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan perlindungan anak. Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, menegaskan pentingnya pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai elemen dalam masyarakat agar inisiatif ini dapat berjalan optimal.

Kolaborasi antara keluarga, sekolah, komunitas, dan media berperan besar dalam memastikan anak-anak Indonesia tumbuh dengan kebiasaan yang baik dan karakter yang kuat. Sebagai contoh, beberapa daerah telah bekerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk menyediakan makanan bergizi di sekolah, mendukung kebiasaan makan sehat yang menjadi bagian dari gerakan ini.

Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak dan penerapan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dapat menjadi fondasi yang kuat dalam membangun generasi unggul di masa depan.

Untuk mencapai keberhasilan yang lebih luas, dibutuhkan sinergi yang lebih kuat antara keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam menerapkan kebiasaan baik secara konsisten. Melalui strategi yang terpadu dan kolaboratif, tidak hanya kebiasaan baik yang diajarkan, tetapi juga nilai-nilai sosial yang menumbuhkan kesejahteraan dan kesiapan anak dalam menghadapi tantangan global.

*Penulis adalah Anggota Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya