Berita

Nelayan kecil/Net

Nusantara

Nelayan Kecil Butuh BBM dan Asuransi di Tengah Cuaca Ekstrem

KAMIS, 26 DESEMBER 2024 | 19:49 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Ketidakpastian cuaca menyebabkan siklus usaha perikanan, terutama bagi nelayan kecil mengalami dampak luar biasa.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna, merespons kondisi nelayan tradisional yang sulit melaut karena cuaca buruk.

“Kendati demikian, adanya perubahan iklim menyebabkan hal tersebut tidak begitu akurat. Kadang ketika kami sampai di laut beberapa mil dari pantai, cuaca berubah seketika. Alhasil kami pulang kembali, demikian potret risiko melaut yang semakin meningkat akhir-akhir ini,” ujar Hendra kepada wartawan, Kamis, 26 Desember 2024.

Lanjut dia, dilema tersebut membuat anak muda kurang berminat menjadi nelayan. 

“Melaut lancar saja belum tentu mendapatkan hasil untuk menutup operasional melaut. Apalagi kalau putar balik, kembali ke darat,” jelasnya.

“Ongkos bahan bakar adalah yang paling besar dalam operasional nelayan kecil, 70-90 persen dari keseluruhan biaya melaut. Apalagi selama ini kebanyakan nelayan kecil membeli di eceran harganya tentu jauh lebih tinggi dari harga di SPBU,” tambah Hendra.

Menurut dia, langkah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk berkomitmen membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) adalah upaya tepat.

Ha itu amat dinantikan oleh nelayan kecil sejak lama. SPBUN akan mendekatkan nelayan lebih mudah mengakses BBM serta menurunkan biaya operasional melaut.

“Apalagi bilamana SPBUN itu dikelola oleh koperasi nelayan, bisa menjadi sumber pendapatan bersama nelayan. Sekaligus menyerap tenaga kerja muda di wilayah pesisir,” ungkapnya.
 
Masih kata Hendra, periode Oktober sampai april biasanya laut cenderung ombaknya tinggi dan angin kencang. Terutama di bulan Desember dan Januari, biasanya sering terjadi kecelakaan kerja di laut. 

“Ya, sebenarnya nelayan paham betul bagaimana kondisi laut saat ini (Desember), namun karena kebutuhan penghidupan. Akhirnya nelayan tetap memaksakan diri melaut, sebagai pekerjaan utama dan satu-satunya,” bebernya.

Hendra menyampaikan, bahwa periode cuaca ekstrem, sebenarnya sudah ada dalam catatan atau data pemerintah. 

Tinggal bagaimana hal tersebut menjadi sebuah kebijakan, sehingga nelayan pada saat cuaca ekstrem mendapatkan bantuan sebagaimana halnya sektor lain. 

“Bilamana hal tersebut dapat terwujud, kami rasa akan meminimalisir angka jumlah kecelakaan di laut. Karena nelayan yang memaksakan diri melaut pada saat cuaca ekstrem. Mungkin bentuknya bisa dalam skema Asuransi Perikanan untuk Nelayan Kecil (APUN) atau lainnya,” bebernya lagi.

“Jadi penting dan sangat urgen, di tengah semangat kemandirian pangan, nelayan kecil harus dilindungi baik ketika di laut maupun di darat. Sehingga nantinya, pekerjaan nelayan akan dilirik kembali oleh pemuda pesisir,” pungkas Hendra.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Buntut Pungli ke WN China, Menteri Imipas Copot Pejabat Imigrasi di Bandara Soetta

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:25

Aero India 2025 Siap Digelar, Ajang Unjuk Prestasi Dirgantara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:17

Heboh Rupiah Rp8.100 per Dolar AS, BI Buka Suara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:13

Asas Dominus Litis, Hati-hati Bisa Disalahgunakan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:35

Harga CPO Menguat Nyaris 2 Persen Selama Sepekan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:18

Pramono: Saya Penganut Monogami Tulen

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:10

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Vihara Amurva Bhumi Menang Kasasi, Menhut: Kado Terbaik Imlek dari Negara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:45

Komisi VI Sepakati RUU BUMN Dibawa ke Paripurna

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:11

Eddy Soeparno Gandeng FPCI Dukung Diplomasi Iklim Presiden Prabowo

Sabtu, 01 Februari 2025 | 16:40

Selengkapnya