Penghilangan paksa oleh aparta Pakistan di Balochistan masih terus terjadi./Amnesty International
Dua orang yang sempat dilaporkan hilang di Quetta, Pakistan, dilaporkan telah kembali. Sementara empat orang yang dinyatakan hilang di Distrik Kech masih belum ditemukan. Diduga, mereka ditangkap aparat keamanan tanpa pemberitahuan.
Balochistan Post melaporkan, peristiwa penghilangan paksa itu terjadi di dua tempat dan waktu yang berbeda.
Insiden di Kech terjadi pada Sabtu dini hari, 7 Desember 2024, tepatnya di daerah Sholeeg, Dasht.
Sumber-sumber lokal menyatakan bahwa pasukan Pakistan melakukan penggerebekan di daerah tersebut sekitar pukul 1.00 dini hari. Mereka menahan empat orang dan membawanya ke lokasi yang dirahasiakan. Para saksi menduga bahwa personel keamanan yang terlibat mendobrak pintu dan melakukan kekerasan fisik terhadap penduduk.
Orang-orang yang ditahan telah diidentifikasi sebagai Haji Hasil, Abdul Salam (putra Haji Hasil), Yasir (putra Abdullah), dan Salim (putra Qadir Bakhsh). Pihak berwenang belum merilis pernyataan resmi mengenai penahanan mereka.
Secara terpisah, dua orang yang hilang secara paksa awal tahun ini di Quetta telah dipastikan telah kembali ke rumah. Balochistan Post melaporkan bahwa Ghulam Nabi putra Haji Noor Ahmed Satakzai, dan Naeem putra Gulzar Satakzai, diculik pada 6 Agustus 2024.
Kedua pria tersebut, yang bekerja sebagai penambang batu bara, kini telah dibebaskan, dan keluarga mereka mengumumkan kepulangan mereka.
Masalah penghilangan paksa di Balochistan tetap menjadi masalah hak asasi manusia yang serius dan terus-menerus. Selama bertahun-tahun, banyak individu, termasuk aktivis politik, jurnalis, mahasiswa, dan warga sipil, dilaporkan telah diculik, yang sering kali diduga dilakukan oleh pasukan keamanan negara atau badan intelijen.
Penghilangan ini sering kali dikaitkan dengan pemberontakan yang sedang berlangsung di wilayah yang kaya sumber daya tetapi terpinggirkan secara politik, tempat tuntutan untuk otonomi atau kemerdekaan yang lebih besar telah lama ada.
Banyak korban penghilangan paksa diyakini ditahan di fasilitas rahasia tanpa diadili, menjadi sasaran penyiksaan, dan dilarang menghubungi keluarga mereka, sehingga membuat orang-orang terkasih berada dalam ketidakpastian yang menyakitkan tentang nasib mereka, Balochistan Post melaporkan.
Pemerintah Pakistan telah berulang kali membantah terlibat dalam insiden ini. Namun, organisasi hak asasi manusia dan aktivis lokal terus mendokumentasikan pola penghilangan paksa, yang memicu protes luas dan kecaman internasional.