Berita

Ilustrasi seorang pemulung TPST Bantargebang tengah memperbaiki keranjang anyaman (Foto: Liputan6.com/Bam Sinulingga)

Publika

Negara Indonesia Sangat Kecil Dibandingkan Ukuran yang Sebenarnya

SABTU, 07 DESEMBER 2024 | 15:20 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

BUKAN hanya dalam peta dunia ukuran Indonesia sangat kecil namun juga dalam hal keuangan. Kecil sekali kalau mau dipertegas. Mengapa bisa demikian? Pasti ada yang melakukannya, pasti ada yang membuat negara Indonesia seperti itu. Membuat ukurannya sangat kecil sehingga bisa diremehkan dan direndahkan. 

Saya mau kasih contoh yang paling nyata supaya jangan banyak berdebat tentang ukuran keuangan. Negara Indonesia pada tahun 2022 jika diukur dari belanja negara nilainya hanya sebesar Rp3096 triliun yang merupakan penjumlahan dari pendapatan negara pajak dan non pajak ditambah dengan utang dan hibah. Jumlahnya sangat kecil dibandingkan dengan penerimaan seluruh BUMN pada tahun 2022 yang mencapai Rp3.200 triliun. Aneh kan

Mengapa bisa belanja negara kalah dengan pendapatan semua BUMN yang sebagian dimiliki oleh swasta dan sebagian dimiliki oleh negara. Padahal dari sisi apapun negara pastilah lebih besar, kekuasaan, kewenangan, aset, dan lain sebagainya. Namun faktanya tidak demikian. Negara Indonesia kecil sekali. 

Lebih tragis lagi kalau dibandingkan dengan swasta nasional secara keseluruhan. Ukuran keuangan negara mungkin tidak sampai 10 persennya. Coba kita bandingkan saja dengan penerimaan satu sektor saja yakni pertambangan batubara. Ukuran penerimaan dan juga pengeluaran negara kalah dengan penerimaan sektor batubara. 

Misalnya tahun 2025 nanti 500-an lebih  perusahaan batubara Indoneaia akan memproduksi batubara sekitar 1 miliar ton. Jika harga batubara 150 dollar per ton maka penerimanya bisa mencapai  Rp2.225 triliun. Dan kalau harga batubara 250-300 dolar per ton seperti yang terjadi pada tahun tahun lalu, maka penerimaan sektor batubara dapat mencapai 300 miliar dolar atau Rp4.650 triliun. Ini baru sektor batubara, belum sektir tambang lainnya dan sektor perkebunan seperti sawit yang juga sangat besar. 

Itulah mengapa sekarang dari sisi keuangan negara dan pemerintah hanyalah subordinat terkecil dari Indonesia. Sebaliknya sektor swasta sekarang mengambil alih kekuasaan keuangan Indonesia, mengendalikannya, mengaturnya, memberikan pinjaman atau utang kepada negara dan pemerintah Indonesia dan seterusnya. Jadi wajar kalau ada pandangan para ekonom bahwa kekuasan Indonesia sekarang ada di tangan oligarki keuangan, bukan di tangan negara atau pemerintah. Pandangan ini benar adanya jika dilihat dari sisi penguasaan keuangan. 

Padahal ukuran negara Indonesia besar sekali dari sisi wilayah. Presiden Prabowo pernah mengatakan demikian seluruh Eropa barat digabung jadi satu  belum sebanding dengan ukuran Indoneaia. Presiden Jokowi sebelumnya juga pernah mengatakan demikian. Bahwa perjalanannya mengelilingi Indonesia telah membuktikan Indonesia sangat luas, panjang dan juga lebar. 

Kedua presiden ini tampaknya sejalan atau  membenarkan pandangan para penganut teori bumi datar bahwa Indonesia bisa sepertiga dunia karena panjangnya bisa mencapai 6000 km lebih. Ukuran ini adalah sepertiga diameter bumi menurut penganut bumi bulat yakni 12000 km. Menurut penganut bumi datar peta Indonesia sengaja dikecil-kecilkan supaya mengesankan bahwa nusantara kecil, gampang dijajah, diinjak sekali saja langsung tenggelam.

Bahkan Pulau Jawa dalam peta dunia sekarang makin lama digambar makin setipis tusuk gigi. Padahal orang-orang terdahulu menggambarkan Pulau Jawa sebagai Java La Grande, benua besar yang tidak bertepi, melebar ke arah selatan sampai ke Antartika. Kalau berdasarkan peta modern Pulau Jawa tadinya sebesar tusuk sate, sekarang sebesar tusuk gigi. Bersamaan dengan itu keuangan Indonesia dibuat kecil dan terus mengecil seiring melemahnya kurs rupiah terhadap dolar. Dalam rupiah kesannya membesar, namun dalam dolar sangat tipis. Bagaimana mengatasi ini semua?

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

UPDATE

Koalisi Berisiko Pecah Gara-gara Kelangkaan LPG 3 Kg

Rabu, 05 Februari 2025 | 03:16

Kuras ATM Calon Mertua, Perempuan Muda Dibekuk Polisi

Rabu, 05 Februari 2025 | 03:01

Warga Diajak Laporkan Bangunan Gedung Tak Sesuai Izin

Rabu, 05 Februari 2025 | 02:38

Beredar Video Geng Alumni UGM Kumpul, Warganet Cari-cari Mulyono

Rabu, 05 Februari 2025 | 02:20

Bharatu Mardi Hadji dapat Kenaikan Pangkat dari Kapolri

Rabu, 05 Februari 2025 | 02:16

Tak Benar GoTo Merger dengan Grab

Rabu, 05 Februari 2025 | 01:37

Prabowo Diminta Waspadai Agenda Jahat Menteri

Rabu, 05 Februari 2025 | 01:18

PN Serang Putuskan Kasus Charlie Chandra Dilanjutkan

Rabu, 05 Februari 2025 | 01:00

Kenaikan Tarif Air Bersih Harus Diimbangi Kualitas Pelayanan

Rabu, 05 Februari 2025 | 00:40

Pramono Keliling Balai Kota

Rabu, 05 Februari 2025 | 00:16

Selengkapnya