Berita

Ilustrasi/Ist

Bisnis

Pasokan Melimpah, Harga Minyak Anjlok hingga 1,6 Persen

SABTU, 07 DESEMBER 2024 | 08:27 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Keputusan OPEC+ menunda kenaikan produksi dan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir tahun 2026 tetap tidak menghapus kekhawatiran kelebihan pasokan, sehingga membuat harga minyak turun lebih dari 1 persen pada Jumat 6 Desember 2024.

Dikutip dari Reuters, Sabtu 7 Desember 2024, harga minyak mentah Brent ditutup pada 71,12 Dolar AS per barel, turun 97 sen, atau 1,4 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada 67,20 Dolar AS per barel, turun 1,10 Dolar AS, atau 1,6 persen.

Selama seminggu, harga Brent turun lebih dari 2,5 persen, sementara WTI mengalami penurunan 1,2 persen.


Turunnya harga juga dipengaruhi meningkatnya jumlah rig minyak dan gas yang dikerahkan di Amerika Serikat minggu ini, yang menunjukkan meningkatnya produksi dari produsen minyak mentah terbesar di dunia.

Pada Kamis 5 Desember 2024, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC+, menunda dimulainya kenaikan produksi minyak selama tiga bulan hingga April 2025 dan memperpanjang penghentian penuh pemotongan selama satu tahun hingga akhir tahun 2026.

Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York mengatakan, permintaan minyak global yang lemah dan prospek OPEC+ meningkatkan produksi segera setelah harga naik telah membebani perdagangan.

"Mereka hanya menunggu harga yang lebih baik dan begitu mereka mendapatkannya, mereka akan mulai terjun lagi," kata Yawger.

OPEC+, yang bertanggung jawab atas sekitar setengah dari produksi minyak dunia, berencana untuk mulai menghentikan pemangkasan mulai Oktober 2024, tetapi perlambatan permintaan global - terutama dari importir minyak mentah utama Tiongkok - dan meningkatnya produksi di tempat lain telah memaksanya untuk menunda rencana tersebut beberapa kali.

"Meskipun keputusan OPEC+ untuk menunda produksi memperkuat fundamental dalam jangka pendek, hal itu dapat dilihat sebagai pengakuan implisit bahwa permintaan sedang lesu," kata analis di HSBC Global Research.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya