Berita

Ilustrasi (Foto: Antara)

Bisnis

Cadangan Devisa Turun, Rupiah Bergerak Sempit

JUMAT, 06 DESEMBER 2024 | 16:16 WIB | OLEH: ADE MULYANA

SIKAP pelaku pasar yang cenderung ragu dalam mengantisipasi rilis data ketenaga kerjaan AS terkini memaksa gejolak di pasar uang mereda. Fluktuasi tajam tidak terlihat namun potensi gerak tajam justru mengintai terutama pada sesi Jumat malam nanti waktu Indonesia Barat.

Seluruh mata uang utama dunia terkesan berupaya menguat, namun hanya mampu dalam rentang terbatas. Pola ini kemudian berlanjut hingga sesi perdagangan akhir pekan ini di Asia, Jumat 6 Desember 2024. Pantauan menunjukkan, hampir seluruh mata uang Asia yang mampu menginjak zona penguatan meski dalam kisaran moderat.

Tak terkecuali dengan Rupiah, yang terlihat konsisten menjejak zona penguatan moderat. Suntikan sentimen domestik dari rilis data cadangan devisa yang dilaporkan turun untuk berada di kisaran $150,2 miliar, gagal memberikan dorongan lebih mantap dalam melonjakkan Rupiah.

Sentimen di pasar global yang masih ragu dalam menantikan rilis data ketenaga kerjaan AS terkini, memaksa Rupiah kesulitan menguat tajam. Gerak menguat Rupiah bahkan terkesan sekedarnya. 

Hingga ulasan ini disunting, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp 15.845 per Dolar AS atau menguat sangat tipis 0,06 persen. Kinerja Rupiah kali ini terbilang sedikit melegakan, terutama usai mampu membukukan penguatan di sesi perdagangan kemarin,walk dalam rentang moderat.

Sementara pantauan pada pasar Asia menunjukkan, gerak menguat dalam rentang terbatas yang merata. Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, mata uang Asia hanya menyisakan Rupee India dan Dolar Singapura yang masih tersaruk di zona pelemahan tipis namun rentan untuk beralih ke zona penguatan. 

Mata uang negeri Bollywood itu sebelumnya terserang sentimen dari kinerja pertumbuhan kuartalan yang berada jauh di bawah ekspektasi pelaku pasar. Sedangkan kinerja gemilang dilakukan Baht Thailand yang sempat melompat tajam 0,5 persen untuk sekaligus menjadi yang terkuat di Asia. Secara umum, gerak menguat mata uang Asia cenderung terkikis di sesi perdagangan sore, seiring dengan tertekannya mata uang utama dunia.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya