Produsen mobil General Motors mencatat dua biaya non-tunai dengan total lebih dari 5 miliar Dolar AS pada usaha patungannya di China, satu terkait dengan restrukturisasi operasi dan yang lainnya mencerminkan penurunan nilainya.
Perusahaan telah memberitahu pemegang saham terkait hal ini, di tengah upayanya bersaing dengan produsen mobil China, pasar mobil terbesar di dunia.
Divisi GM China, yang dulunya merupakan mesin laba bagi perusahaan Detroit, kini merugi.
Perusahaan tersebut memperkirakan biaya sebesar 2,6 miliar Dolar AS hingga 2,9 miliar Dolar AS untuk biaya restrukturisasi, dan biaya sebesar 2,7 miliar Dolar AS untuk penurunan nilai usaha patungan.
"Beberapa biaya terkait dengan penutupan pabrik dan optimalisasi portofolio," kata perusahaan, dikutip dari
Reuters, Kamis 5 Desember 2024.
Kepala Keuangan GM Paul Jacobson mengatakan upaya restrukturisasi tersebut berada pada tahap akhir selama konferensi analis pada Rabu.
Kepala keuangan tersebut mengatakan GM berupaya untuk memperoleh laba di Tiongkok tahun depan dan yakin bahwa usaha patungannya dapat direstrukturisasi tanpa dana tambahan.
Tuduhan tersebut merupakan "keputusan sulit" yang akan memungkinkannya "menguntungkan dalam skala yang lebih kecil," kata Jacobson.
Saham produsen mobil AS itu turun sekitar 0,5 persen.
GM bermitra dengan SAIC Motors di Tiongkok untuk membangun kendaraan Buick, Chevrolet, dan Cadillac.
Dewan perusahaan memutuskan bahwa biaya non-tunai diperlukan di tengah "tindakan restrukturisasi tertentu" dengan usaha patungan tersebut, menurut pengajuan perusahaan.
GM belum mengungkapkan rincian restrukturisasi tersebut. Sebagian besar biaya akan dicatat dalam laba kuartal keempat perusahaan, mengurangi laba bersih tetapi tidak mengurangi hasil yang disesuaikan, kata juru bicara GM.