Berita

Tanaman Kakao/Net

Bisnis

Pasokan dari Indonesia Menipis, Pengusaha Cokelat Menjerit

SELASA, 03 DESEMBER 2024 | 10:08 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pelaku industri berbahan dasar kakao di dunia terus berjuang di tengah menurunnya komoditas tersebut dari sejumlah produsen, termasuk Indonesia.

Menurut data pasar keuangan LSEG, Indonesia, produsen biji kakao terbesar di Asia, telah mengalami penurunan hasil panen bahan baku cokelat hingga setengahnya dari tahun 2015 hingga 2023.

Tahun ini, harga ekspor kakao Indonesia telah melonjak dari sekitar 3.400 Dolar AS per ton pada awal Januari menjadi sekitar 6.500 Dolar AS menjelang akhir September, menurut data LSEG. 


Jon Trask, CEO Dimitra, penyedia teknologi pertanian bagi para petani kakao, mengatakan, perubahan iklim terbukti menjadi isu yang terus meningkat, terutama bagi industri cokelat di Asia Tenggara.

“Suhu yang ekstrem, curah hujan yang tidak menentu, dan meningkatnya kejadian cuaca yang drastis membuat petani sangat sulit untuk membudidayakan kakao," ujarnya, seperti dikutip dari Nikkei Asia, Selasa 3 Desember 2024.

September tahun ini, Asosiasi Kakao Asia (CAA) menerbitkan sebuah makalah yang memperingatkan tentang tidak cukupnya biji kakao Asia untuk memenuhi permintaan yang meningkat, yang membuat wilayah tersebut bergantung pada bahan dari Afrika Barat dan Amerika Latin.

Makalah tersebut menekankan bahwa industri kakao membutuhkan lebih banyak kakao Asia. CAA mencatat bagaimana saat ini Asia menggiling lebih dari 1,1 juta ton biji kakao, tetapi panen kakao regional kurang dari 0,3 juta ton.

“Harga akan naik, terutama karena pelaku industri Asia harus membayar biaya transportasi yang lebih tinggi dan bersaing dengan pembeli Eropa dan Amerika,” kata Francisco Martin-Rayo, CEO platform agritech Helios, kepada Nikkei. 

“Tanpa produksi lebih banyak, para produsen cokelat di Asia akan terus kesulitan mengakses biji kakao yang cukup dan berkualitas tinggi," ujarnya.

Iklim juga menjadi ancaman bagi rantai pasokan. Lucrezia Cogliati, analis komoditas di lembaga riset BMI, mengatakan kepada Nikkei bahwa faktor lingkungan diperkirakan akan memperburuk tantangan yang dihadapi sektor kakao saat ini, menggambarkan prospek suram bagi produksi dan harga dalam jangka panjang.

"Pohon kakao sangat sensitif terhadap cuaca, membutuhkan kondisi yang sangat spesifik untuk tumbuh," katanya.

Di Indonesia, suhu meningkat selama 30 tahun terakhir yang menyebabkan perubahan kelembapan, yang memengaruhi pertumbuhan biji kakao. Banjir dan kekeringan juga mengurangi jumlah lahan yang cocok untuk menanam pohon kakao.

Namun, perubahan iklim bukanlah satu-satunya tantangan bagi komoditas kakao di tanah air.

Makalah CAA menyoroti bahwa di Indonesia, para petani kakao telah tertarik untuk mencari penghasilan lain dengan menanam tanaman pesaing seperti minyak sawit dan karet.

Perusahaan agro-pangan Italia Unigra yang membuat bahan-bahan dari kepingan cokelat hingga bubuk kakao yang digunakan oleh pembuat manisan untuk diekspor ke seluruh Asia ke pasar-pasar seperti Tiongkok, Taiwan, dan Thailand menjadi salah satu yang terpengaruh krisis kakao.

Denis Cavrini, Direktur Komersial Internasional Unigra mengatakan bahwa biaya untuk memperoleh bahan baku kakao telah melonjak tiga kali lipat tahun ini.

Akibatnya, ia memperkirakan bahwa secara keseluruhan, Unigra harus menggandakan harga kepada pembeli barang-barang berbahan dasar kakao. Perusahaan tersebut mendapatkan sebagian besar bahan baku cokelat yang digunakan di pabriknya di Malaysia dari Indonesia.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

UPDATE

Pesan Ketum Muhammadiyah: Fokus Tangani Bencana, Jangan Politis!

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13

Amanat Presiden Prabowo di Upacara Hari Bela Negara

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12

Waspada Banjir Susulan, Pemerintah Lakukan Modifikasi Cuaca di Sumatera

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05

Audit Lingkungan Mendesak Usai Bencana di Tiga Provinsi

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04

IHSG Menguat, Rupiah Dibuka ke Rp16.714 Pagi Ini

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59

TikTok Akhirnya Menyerah Jual Aset ke Amerika Serikat

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48

KPK Sita Ratusan Juta Rupiah dalam OTT Kepala Kejari HSU

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28

Bursa Asia Menguat saat Perhatian Investor Tertuju pada BOJ

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19

OTT Kalsel: Kajari HSU dan Kasi Intel Digiring ke Gedung KPK

Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05

Mentan Amran: Stok Pangan Melimpah, Tak Ada Alasan Harga Melangit!

Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54

Selengkapnya