Berita

Masyarakat Sindh atre air akibat krisis./Khaama Press

Dunia

Provinsi Sindh Alami Krisis Air Serius Akibat Kegagalan Tata Kelola

JUMAT, 29 NOVEMBER 2024 | 01:26 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Provinsi Sindh di selatan Pakistan menghadapi krisis air yang sangat serius dan belum pernah terjadi sebelumnya. Krisis ini memperlihatkan kegagalan tata kelola pemerintah dan pengelolaan sumber daya.

Khaama Press dalam satu laporannya hari Selasa, 26 November 2024, menulis bahwa akar krisis ini sangat dalam, bermula dari diskriminasi kelembagaan dan manipulasi sumber daya selama lebih dari 150 tahun.

Data terkini dari Otoritas Sistem Sungai Indus (Irsa) mengungkapkan kesenjangan yang mengejutkan. Yakni, antara tahun 1999 dan 2023, Sindh mengalami kekurangan air yang mengejutkan sebesar 40 persen dibandingkan dengan Punjab yang hanya 15 persen. Ini bukan sekadar anomali statistik, tetapi hasil yang disengaja dari pilihan kebijakan yang secara konsisten memprioritaskan beberapa wilayah di atas yang lain.


Perjanjian Pembagian Air tahun 1991, yang tampaknya dirancang untuk memastikan distribusi air yang adil, malah menjadi alat marginalisasi kelembagaan.

Zarif Khero, Sekretaris Irigasi Sindh, telah mengkritik keras mekanisme distribusi air saat ini yang secara sistematis merugikan Sindh dengan memaksa provinsi tersebut  menyerap sebagian besar kelangkaan air. Krisis telah mencapai titik kritis dengan sebuah proyek yang diusulkan yang menentang logika pertanian dan akal sehat ekonomi. 

Enam kanal baru direncanakan di daerah Cholistan, Punjab, sebuah proposal yang menurut para petani akan membuat tanah mereka yang subur menjadi tidak subur sama sekali.

Implikasi ekonominya sangat buruk. Nabi Bux Sathio dari Kamar Pertanian Sindh menyampaikan sebuah perhitungan yang mengungkap prioritas pemerintah yang salah arah, yakni proyek kanal Cholistan yang diusulkan akan “merusak 12 juta hektar lahan pertanian di Sindh untuk mengairi hanya 1,2 juta hektar gurun.”

“Ini bukan hanya perencanaan yang buruk; ini adalah ancaman eksistensial bagi tulang punggung pertanian Sindh. Biaya manusia dari krisis ini tidak terukur,” tulis Khaama Press.

Para petani telah vokal dalam perlawanan mereka. Pada unjuk rasa yang diselenggarakan oleh Komite Aksi Anti-Kanal, sebuah koalisi organisasi pertanian termasuk Dewan Sindh Abadgar, Kamar Pertanian Sindh, dan Sindh Abadgar Ittehad, para pengunjuk rasa menekankan bahwa kanal yang diusulkan yang disahkan oleh Partai Kerja Pembangunan Pusat mengancam mata pencaharian jutaan orang di Sindh. Demonstrasi tersebut menyoroti masalah yang lebih dalam tentang pengelolaan air dan alokasi sumber daya provinsi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya