Istri mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Bushra Bibi dan pendukung partai Khan Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) menghadiri unjuk rasa menuntut pembebasannya, di Islamabad, Pakistan, pada hari Selasa malam, 26 November 2024/Reuters
Aksi unjuk rasa yang dilakukan pendukung mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan berujung bentrok dengan petugas keamanan setempat.
Partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), mengatakan mereka melakukan aksi unjuk rasa damai hingga Khan yang telah dipenjara sejak Agustus tahun lalu dibebaskan.
Ribuan demonstran yang dipimpin oleh istri Khan berkumpul di pusat kota Islamabad, menerobos beberapa garis keamanan hingga ke tepi zona merah kota yang dijaga ketat.
Zona merah, yang dijaga oleh tentara, menampung kantor-kantor dan gedung-gedung terpenting di negara itu, termasuk parlemen dan kedutaan besar asing.
Siaran lokal
Geo News dan
ARY pada Rabu, 27 November 2024 menyebut serangan balik besar-besaran diluncurkan oleh pasukan keamanan Pakistan di saat tengah malam, di mana lampu-lampu sengaja dimatikan dan rentetan gas air mata ditembakkan.
Kerusuhan itu mengakibatkan enam orang, termasuk empat pasukan keamanan.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif menyalahkan para pengunjuk rasa atas tewasnya para tentara, menuduh mereka menabrak pasukan paramiliter dengan konvoi kendaraan.
"Ini bukan protes damai. Ini ekstremisme," kata Sharif dalam sebuah pernyataan.
Zulfikar Bukhari, juru bicara PTI, membantah tuduhan tersebut. Ia mengatakan dua pengunjuk rasa juga tewas dan 30 lainnya cedera dalam bentrokan tersebut.
"Salah satu pengunjuk rasa ditembak mati dan yang lainnya ditabrak kendaraan," kata Bukhari.
Direktur Institut Asia Selatan Wilson Center, Michael Kugelman menilai intensitas protes terbaru menggarisbawahi cengkeraman kuat Khan atas basisnya yang besar.
"Solusi politik, yang disertai negosiasi dan konsesi, adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis ini. Namun, ini adalah konfrontasi yang sangat pahit dan personal antara dua pihak yang mengambil posisi maksimalis dalam segala hal," ujarnya.
Khan menghadapi berbagai tuduhan mulai dari korupsi hingga hasutan kekerasan, yang semuanya dibantah olehnya dan partainya.
Kandidat yang didukung oleh partai Khan memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan parlemen pada bulan Februari, tetapi sebuah koalisi yang dibentuk dan dipimpin oleh Sharif mengambil alih kekuasaan.
Khan dan PTI mengatakan pemilu itu dicurangi menyusul tindakan keras yang didukung militer untuk menyingkirkannya dari kekuasaan. Militer membantah tuduhan manipulasi pemilu.