Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Pakar: Demokrasi Indonesia Pasti Lahirkan Oligarki

RABU, 27 NOVEMBER 2024 | 13:47 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Di tengah hingar bingar pelaksanaan Pilkada serentak 2024 yang berlangsung hari ini, sejumlah pihak justru mengkhawatirkan nasib demokrasi Indonesia.

Pasalnya dalam berbagai praktiknya, demokrasi Indonesia kian menunjukkan wajah oligarki yang jauh dari nilai-nilai luhur bangsa yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Money politics pun diprediksi menjalar jelang pelaksanaan Pilkada 2024 ini. Kendati penyelenggara pemilu sudah memastikan bakal menindak tegas setiap praktik money politics, namun seakan hal itu seakan sulit dipercaya.


Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto  menyampaikan bahwa gejala tersebut makin mengakar di Indonesia akibat tidak diperhatikannya demokrasi ekonomi.

“Praktik demokrasi kita itu demargatif antara demokrasi politik dan demokrasi ekonominya, meniru model demokrasi anglo saxon,” kata Suroto kepada RMOL, Rabu, 27 November 2024.

“Demokrasi politiknya minus demokrasi ekonomi, sehingga yang lahir sudah pasti adalah oligarki dan autokrasi,” tambahnya.

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

Menurut banyak ahli, praktik ini sudah berlangsung lama di Indonesia, bahkan semakin akut di setiap periodenya.

Suroto tidak heran ketika demokrasi saat ini lebih melahirkan pemimpin-pemimpin yang hanya populer di masyarakat.

Pakar koperasi ini menghendaki agar demokrasi yang terbangun di Indonesia juga menyertakan demokrasi ekonomi sebagaimana digagas Bung Hatta di awal kemerdekaan.  

“Dari atas ke bawah dan bawah ke atas sekarang ini hanya lahirkan model pemimpin republikanis populis nir substansi. Terus pelihara kemiskinan rakyat dengan bantuan sosial dan dibiarkan bodoh,” ungkap CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR Federation) tersebut.

Menurut dia, kondisi ini terus berputar dan entah sampai kapan berakhirnya.

“Siklus politiknya berputar putar terus. Pencaci di masa lalu akan jadi pecundang di masa depan dan pecundang di masa depan akan gantian jadi pencaci. Begitu seterusnya,” tandas Suroto.  

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya