Berita

Pekerja Ford/NBC News

Otomotif

Produsen Otomotif Ford Bakal PHK Ribuan Pekerja di Eropa, Gara-gara China?

JUMAT, 22 NOVEMBER 2024 | 17:20 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Perusahaan otomotif Amerika Serikat (AS) Ford, bakal memangkas 4.000 pekerjanya di Eropa selama tiga tahun ke depan. Angka ini setara 14 persen dari total pekerja di kawasan tersebut.

Seperti dikutip Associated Press pada Jumat 22 November 2024, Ford mengaku tengah mengalami kesulitan keuangan karena permintaan kendaraan listriknya melambat imbas persaingan ketat dengan China.

"Industri otomotif global terus berada dalam periode disrupsi, terutama di Eropa, di mana industri tersebut menghadapi tantangan persaingan, regulasi, dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Wakil Presiden Ford untuk transformasi dan kemitraan Eropa, Dave Johnston, dalam sebuah pernyataan.


Proses PHK massal ini, kata perseroan itu kan selesai hingga 2027 mendatang, sambil terus melakukan konsultasi dengan serikat pekerja yang akan difokuskan di Jerman dan Inggris.

"Sangat penting untuk mengambil tindakan yang sulit tetapi tegas guna memastikan daya saing Ford di masa depan di Eropa," jelasnya.

Saat ini, seluruh mobil global dari Barat memang tengah mengalami tekanan karena penjualan yang lesu akibat persaingan ketat dengan China yang telah berhasil mencuri pangsa pasar kendaraan listrik dunia.

Bisnis kendaraan penumpang Ford sendiri telah mengalami kerugian yang besar di Eropa dalam beberapa tahun terakhir, yang membuat mereka terpaksa memangkas harga kendaraan listriknya yang mengakibatkan kerugian besar.

Kepala keuangan Ford John Lawler baru-baru ini menulis surat kepada pemerintah Jerman yang menyerukan langkah-langkah untuk menyelamatkan kondisi pasar bagi produsen mobil.

"Yang kurang di Eropa dan Jerman adalah agenda kebijakan yang jelas dan tegas untuk memajukan mobilitas elektronik, seperti investasi publik dalam infrastruktur pengisian daya, insentif yang berarti untuk membantu konsumen beralih ke kendaraan listrik, meningkatkan daya saing biaya bagi produsen, dan fleksibilitas yang lebih besar dalam memenuhi target kepatuhan CO2," kata Lawler.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Puan Harap Korban Banjir Sumatera Peroleh Penanganan Baik

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:10

Bantuan Kemensos Telah Terdistribusikan ke Wilayah Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 02:00

Prabowo Bantah Rambo Podium

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:59

Pansus Illegal Logging Dibahas Usai Penanganan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:39

BNN Kirim 2.000 Paket Sembako ke Korban Banjir Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:18

Bahlil Sebut Golkar Bakal Dukung Prabowo di 2029

Sabtu, 06 Desember 2025 | 01:03

Banjir Sumatera jadi Alarm Keras Rawannya Kondisi Ekologis

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:56

UEA Berpeluang Ikuti Langkah Indonesia Kirim Pasukan ke Gaza

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:47

Media Diajak Kawal Transformasi DPR Lewat Berita Berimbang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:18

AMAN Raih Dua Penghargaan di Ajang FIABCI Award 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 00:15

Selengkapnya