Seorang pria asal Florida ditangkap pada Rabu, 21 November 2024 waktu setempat setelah diduga merencanakan pemboman terhadap bangunan Bursa Efek New York (NYSE).
Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) mengungkap identitas tersangka ialah Harun Abdul-Malik Yener, berusia 30 tahun.
Dikatakan bahwa Yener mencoba menggunakan alat peledak untuk merusak atau menghancurkan gedung yang digunakan dalam perdagangan antarnegara bagian.
FBI mulai menyelidiki Yener pada bulan Februari setelah mendapat informasi bahwa ia telah menyimpan skema pembuatan bom di unit penyimpanan.
Selama penyelidikan, agen menemukan bahan-bahan pembuat bom, termasuk sketsa, papan sirkuit elektronik, dan jam tangan dengan pengatur waktu.
Menurut FBI, Yener telah meneliti teknik pembuatan bom secara daring sejak 2017. Ia juga membahas rencana dengan agen rahasia, dengan menyatakan bahwa ia bermaksud meledakkan bom tersebut seminggu sebelum Thanksgiving.
"Pelaku secara khusus menargetkan NYSE, dengan keyakinan bahwa lokasi tersebut akan menjadi lokasi penting yang akan menarik perhatian publik," ungkap laporan FBI, seperti dimuat
Associated Press.Setelah diinterogasi, Yener mengaku alasannya melakukan aksi terorisme adalah untuk membangunkan orang-orang dan memulai kembali pemerintahan baru.
Dia mengklaim ledakan yang ia rencanakan seperti ledakan nuklir kecil yang akan menewaskan semua orang di dalamnya.
Yener juga mengatakan kepada FBI bahwa ia ingin meledakkan bom seminggu sebelum Thanksgiving dan bahwa bursa saham di Manhattan bagian bawah akan menjadi lokasi yang populer untuk diincar.
"Bursa Saham, kami ingin menyerangnya, karena akan membangunkan orang-orang,” ujar Yener.
Yener menjalani sidang pertamanya pada Rabu sore, 20 November 2024 dan akan ditahan sembari menunggu persidangan.
Menurut dokumen pengadilan, ia diketahui mengunggah video di saluran YouTube tentang pembuatan bahan peledak dan kembang api dari barang-barang rumah tangga, dan memiliki riwayat membuat ancaman.
Ia dipecat tahun lalu dari sebuah restoran di Coconut Creek, Florida, setelah mengancam akan melakukan pembunuhan.
Ia juga merupakan bagian dari kelompok kecil yang mencoba bergabung dengan kelompok antipemerintah sayap kanan "Boogaloo Bois" dan kelompok ekstremis Proud Boys tetapi ditolak keanggotaannya karena ia mengatakan ingin "mengejar kematian sebagai martir".