Berita

Presiden AS, Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden China, Xi Jinping pada APEC 2020 di Lima, Peru. (AFP)

Dunia

AS dan China Sepakat Kendali Senjata Nuklir Harus Tetap di Tangan Manusia

Laporan: Sarah Alifia Suryadi
SENIN, 18 NOVEMBER 2024 | 12:26 WIB

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat mengenai penggunaan senjata nuklir dan Artificial Intellegence (AI). 

Mereka setuju bahwa kendali atas penggunaan senjata nuklir harus tetap berada di tangan manusia asli.

Kesepakatan tersebut tercapai dalam Konferensi Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada Sabtu, 16 November 2024 waktu setempat.

"Kedua pemimpin menegaskan perlunya mempertimbangkan potensi risiko dan mengembangkan teknologi AI di bidang militer secara bijaksana dan bertanggung jawab," Bunyi pernyataan resmi Gedung Putih, dikutip 18 November 2024. 

Namun, hingga saat ini, belum ada kejelasan apakah kesepakatan ini akan berlanjut ke pembicaraan lebih mendalam atau menghasilkan langkah konkret terkait pengendalian senjata nuklir dan AI.

Latar Belakang Negosiasi

Diketahui, AS telah lama mendesak China untuk berdiskusi terkait senjata nuklir. 

Sementara itu, AS dan China melakukan pembicaraan bilateral pertama terkait AI pada Mei lalu di Jenewa. Namun, diskusi tersebut belum mencakup pengambilan keputusan mengenai senjata nuklir.

Perkembangan Nuklir China

Departemen Pertahanan AS, Pentagon, memperkirakan bahwa China memiliki sekitar 500 hulu ledak nuklir operasional pada 2022, dan jumlah ini diproyeksikan meningkat menjadi lebih dari 1.000 pada 2030. 

Angka ini lebih kecil dibandingkan AS dan Rusia, yang masing-masing memiliki sekitar 1.770 dan 1.710 hulu ledak operasional.

China juga terus memodernisasi program nuklirnya, termasuk mengembangkan kapal selam rudal balistik generasi baru, menguji hulu ledak hipersonik, dan meningkatkan patroli laut bersenjata nuklir.

Strategi ini memberi China “triad nuklir,” yaitu kemampuan meluncurkan senjata nuklir dari darat, udara, dan laut.

Meski demikian, China tetap mempertahankan kebijakan "tidak menggunakan senjata pertama" dan mendorong negara-negara lain untuk mengikuti langkah serupa.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya