Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Republik Demokratik Rakyat Korea, Kim Jong-un/Reuters
Korea Utara mulai berpartisipasi dalam operasi tempur bersama Rusia dalam konflik melawan Ukraina.
Keterlibatan ini menunjukkan bahwa Rusia mulai mengandalkan Korea Utara sebagai tambahan kekuatan militer untuk menghadapi pasukan Ukraina.
Kehadiran pasukan Korea Utara di Ukraina akan menjadi pertama kalinya negara ketiga terlibat langsung dalam konflik.
Intelijen Barat memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 tentara Korea Utara telah dikerahkan ke wilayah Kursk dengan tugas utama untuk mengamankan garis belakang dan mencegah serangan balasan dari Ukraina.
Pada bulan Juni lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menandatangani perjanjian kemitraan strategis.
Perjanjian tersebut menyatakan bahwa kedua negara wajib memberikan bantuan militer jika salah satu pihak diserang, serta berkolaborasi secara internasional untuk melawan sanksi Barat.
Putin menyebut perjanjian ini sebagai "dokumen terobosan."
Selain bantuan militer, perjanjian tersebut juga menyatakan keduanya akan bekerja sama secara aktif dan berkolaborasi di berbagai bidang termasuk energi atom, ruang angkasa, pasokan makanan, perdagangan, dan ekonomi.
Kesepakatan tersebut berlaku saat kedua belah pihak saling bertukar instrumen ratifikasi, menurut kantor berita resmi Korea Utara, KCNA.
Parlemen Rusia dan Korea Utara telah meratifikasi perjanjian tersebut pada tanggal 6 November 2024.