Berita

Houthi saat menyerang kapal kargo yang diduga berafiliasi dengan Israel di Laut Merah pada Januari 2024/Net

Dunia

Penyelidikan PBB Ungkap Houthi Raup Uang Keamanan Rp30 Triliun per Tahun di Laut Merah

SELASA, 12 NOVEMBER 2024 | 19:04 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Kelompok militan Yaman, Houthi diduga mengantongi dana sebesar 2 miliar Dolar AS (Rp30 triliun) per tahun dari perusahaan pelayaran yang ingin menyebrangi Laut Merah dan Teluk Aden.

Seperti dikutip dari Freightwaves pada Selasa 12 November 2024, penelitian yang dilakukan oleh Panel Pakar Yaman untuk Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menemukan fakta bahwa Houthi meraup sekitar 180 juta Dolar AS atau sekitar Rp2,8 triliun per bulan, sebagai imbalan karena tidak menyerang kapal-kapal perusahaan tersebut.

"Aksi kelompok tersebut telah meningkatkan pengaruh mereka di kawasan," kata Panel Pakar Yaman.


Sejak November 2023, Houthi mulai meluncurkan serangan terhadap sejumlah kapal dagang di Laut Merah, rute penting yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Amerika Utara. 

Menurut Panel Pakar Yaman kelompok militan itu setidaknya telah meluncurkan lebih dari 130 serangan terhadap kapal komersil hingga akhir Juli 2024.

Sebagian besar perusahaan pelayaran besar telah mengalihkan kapal kontainer dan kapal tanker dari Laut Merah, dengan mengambil rute yang lebih panjang melalui Tanjung Harapan di Afrika karena Houthi terus menyerang kapal asing yang diduga berafiliasi dengan Israel.

Namun, rute alternatif tersebut menambah durasi pelayaran selama 10-14 hari, sehingga menambah keterlambatan dan biaya bagi pengirim.  

Meski demikian, beberapa perusahaan pelayaran lainnya masih melewati Laut Merah, dengan salah satunya membayar Houthi agar tidak diserang. 

Di antara perusahaan pelayaran besar, CMA CGM dari Prancis diketahui juga masih melewati kawasan tersebut.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya