Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat ke 4,93 persen pada kuartal III 2024 terjadi akibat tingkat konsumsi rumah tangga yang juga melambat ke 4,91 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat konsumsi itu lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang sebesar 4,93 persen.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan penurunan konsumsi rumah tangga ini dipengaruhi oleh faktor musiman.
"Jadi catatannya, kenapa lebih lambat karena pada kuartal II-2024 itu terjadi puncak konsumsi masyarakat terkait Idul Adha dan Idul Fitri. ini meningkatkan transportasi komunikasi dan konsumsi restoran hotel," ujar Amalia dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS, pada Selasa 5 November 2024.
Meski demikian, perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini hanya sedikit. Pasalnya, kelompok ini masih menjadi penopang ekonomi nasional, dibandingkan ekspor, investasi, maupun belanja pemerintah.
Amalia merinci konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar dengan kontribusi sebesar 2,55 persen. Kemudian disusul investasi, di mana Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memberikan sumbangsih sebesar 1,63 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Investasi ini didorong oleh proyek-proyek infrastruktur yang dikerjakan pemerintah maupun swasta, termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan proyek konstruksi lainnya
.
Sementara itu, ekspor tumbuh moderat dengan kontribusi yang didorong kenaikan nilai dan volume ekspor beberapa komoditas utama.
"Ekspor didorong oleh bahan bakar mineral, mesin dan peralatan listrik, serta kendaraan dan bagiannya. Sektor ini juga mendapat dorongan dari meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara," kata Amalia.