Harga minyak sawit mentah (CPO) terpantau meroket pada penutupan perdagangan awal bulan, Jumat 1 November 2024.
Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives menguat hingga 3,62 persen ke level 4.865 Ringgit per ton, atau mencatat kenaikan selama empat hari beruntun.
Kenaikan harga komoditas ini mencapai titik tertinggi sejak Juni 2022, dengan melesat 6 persen selama satu pekan terakhir ini, melonjak 16 persen dalam sebulan, serta meningkat 32 persen di sepanjang tahun 2024 ini.
Kenaikan harga CPO terjadi di tengah penguatan minyak saingan di pasar Dalian dan CBoT. Selain itu, penguatan CPO juga didorong juga oleh reli harga minyak mentah yang dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Menurut Trading Economics, ekspor CPO juga menunjukkan performa yang kuat, dengan sebuah survei kargo mencatat kenaikan pengiriman minyak sawit Malaysia sebesar 11,5 persen di Oktober.
Senior Analyst Fastmarket Palm Oil Analytics Sathia Varqa menyatakan, lonjakan harga ini didorong oleh performa positif minyak nabati terkait di bursa Dalian serta hasil ekspor Oktober yang menjanjikan.
“Data indikatif menunjukkan ekspor Oktober naik 13 persen. Ringgit yang lebih lemah juga menjadi faktor pendukung,” kata Sathia kepada Bernama.
Meski demikian, kenaikan ini disinyalir akan terbatas akibat penguatan ringgit dan berakhirnya pembelian dari pasar utama India.
Di sisi lain, Indonesia menaikkan harga referensi minyak sawit mentah untuk November menjadi 961,97 Dolar AS per ton dari 893,64 Dolar AS pada Oktober, sehingga mendorong pajak ekspor November menjadi 124 Dolar AS yang diperkirakan akan memperketat pasokan minyak nabati.