Berita

Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte/Net

Dunia

Eks Presiden Filipina Duterte Ngaku Punya Skuad Pembunuh

SELASA, 29 OKTOBER 2024 | 15:52 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengaku memiliki pasukan pembunuh 'death squad' yang dikerahkan selama pemberantasan jaringan narkoba di negara itu.

Dalam kesaksian di sidang senat terkait kasus perang melawan narkoba selama masa jabatannya, Duterte mengaku telah memerintahkan petugas polisi untuk memancing tersangka melawan, sehingga pembunuhan terhadap mafia narkoba oleh death squad dapat dibenarkan.

"Jangan pertanyakan kebijakan saya karena saya tidak meminta maaf, tidak ada alasan. Saya melakukan apa yang harus saya lakukan, dan terlepas dari apakah Anda percaya atau tidak, Saya melakukannya untuk negara saya," tegasnya, seperti dimuat BBC pada Selasa, 29 Oktober 2024.

Dia membantah memberikan izin kepada kepala polisinya untuk membunuh tersangka, dan menambahkan bahwa death squad terdiri dari gangster dan bukan polisi.

"Saya dapat membuat pengakuan sekarang jika Anda mau. Saya memiliki pasukan pembunuh yang terdiri dari tujuh orang, tetapi mereka bukan polisi, mereka adalah gangster," tegasnya.

Duterte mengklaim banyak penjahat melanjutkan kegiatan ilegal mereka setelah ia mengundurkan diri sebagai presiden.

"Jika diberi kesempatan lagi, saya akan menghabisi kalian semua," tantang Duterte.

Kehadirannya di sidang senat merupakan pertama kalinya ia muncul dalam kasus perang antinarkoba sejak masa jabatannya berakhir pada tahun 2022.

Itu juga pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan beberapa penuduhnya, termasuk keluarga korban perang narkoba dan mantan senator Leila de Lima, seorang kritikus Duterte yang dipenjara selama tujuh tahun atas tuduhan perdagangan narkoba yang akhirnya dibatalkan.

Pemerintah Filipina memperkirakan bahwa lebih dari 6.252 orang telah ditembak mati oleh polisi dan penyerang tak dikenal dalam perang melawan narkoba Duterte.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan jumlah sebenarnya bisa mencapai puluhan ribu.

Kampanye perang antinarkoba kontroversial dan menuai kritik internasional yang besar, tetapi juga memiliki pendukung di negara tempat jutaan orang menggunakan narkoba, sebagian besar metamfetamin, yang dikenal secara lokal sebagai sabu.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya