Berita

Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sakti Wahyu Trenggono/RMOL

Politik

Prabowo Bisa Blunder Jika Tunjuk Trenggono Lagi sebagai MKP

SENIN, 14 OKTOBER 2024 | 20:51 WIB | LAPORAN: ADITYO NUGROHO

Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sakti Wahyu Trenggono kembali dipanggil Presiden terpilih Prabowo Subianto di kediamannya, Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Senin, 14 Oktober 2024.

Dugaan banyak pihak, Trenggono tetap akan menempati jabatannya sebagai MKP. Kendati ada rumor, mantan Wamenhan itu akan menempati pos baru di BUMN, namun prediksi kuatnya tetap berkantor di Gedung Mina Bahari I.

Terkait itu, Sekretaris Jenderal Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia (Petani), Arif Dharmawan menolak keras jika Sakti Wahyu Trenggono diangkat sebagai menteri dalam kabinet Prabowo-Gibran.

"Penolakan ini didasari oleh rekam jejak Trenggono yang dianggap bermasalah, baik dalam hal keterlibatannya pada kasus hukum maupun kebijakan kontroversial yang dinilai merugikan rakyat kecil dan membahayakan kedaulatan nasional," kata Dharmawan dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi.

Ia menegaskan bahwa salah satu alasan utama penolakan ini adalah dugaan keterlibatan Trenggono dalam kasus pengadaan fiktif di PT Telkom.

"Kasus yang mengaitkan Trenggono merupakan cerminan rendahnya integritas dalam menjalankan tugas. Ini bukan hal yang bisa diabaikan, seorang yang terlibat dalam skandal semacam itu tidak seharusnya dipertimbangkan untuk jabatan publik lagi," tegasnya.

Selain kasus hukum tersebut, Petani juga menyoroti peran Trenggono sebagai inisiator kebijakan ekspor pasir laut yang dianggap sebagai ancaman bagi kedaulatan nasional.

"Kebijakan ekspor pasir laut ibarat menggadaikan kedaulatan nasional, sebab demi kepentingan ekonomi jangka pendek, ekspor pasir laut dinilai tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam wilayah pesisir Indonesia dan keamanan laut, yang strategis bagi pertahanan negara," bebernya.

Lanjut dia, kebijakan ekspor pasir laut merupakan tindakan yang sangat berbahaya.

"Dampaknya tidak hanya pada kerusakan ekosistem, tetapi juga membuka peluang bagi negara asing untuk mengeksploitasi kekayaan alam kita. Ini sama saja menyerahkan kedaulatan wilayah laut kita ke pihak luar," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa figur seperti Trenggono yang terlibat dalam kontroversi kasus hukum dan kebijakan yang merugikan tidak pantas mendapatkan posisi strategis di pemerintahan.

"Figur ini sangat mengkhawatirkan, jika diangkat menjadi menteri, sebab berbagai kebijakan serupa akan kembali diterapkan, yang pada akhirnya merugikan rakyat kecil, terutama para petani dan nelayan. Pak Prabowo akan blunder jika memilih kembali Trenggono,” tegasnya lagi.

Ia pun mengungkapkan penolakan terhadap Trenggono bukan hanya berbicara tentang masa lalu, tetapi juga ancaman terhadap masa depan.

"Indonesia membutuhkan pemimpin yang bersih dan benar-benar berpihak pada kepentingan rakyat, bukan yang menggadaikan kedaulatan negara demi keuntungan pribadi dan kelompok tertentu," lanjutnya.

Ia berharap Presiden terpilih Prabowo Subianto mempertimbangkan kembali penunjukan para calon menteri dalam kabinetnya.

"Rekam jejak masa lalu jadi penting dipertimbangkan, Presiden terpilih Bapak Prabowo jangan sampai salah pilih orang dalam kabinetnya, apalagi sampai-sampai pilih Trenggono, bisa hancur negeri ini," pungkasnya.

Trenggono kepada wartawan menyampaikan belum tahu akan ditempatkan di mana oleh Prabowo.

“Itu nanti beliau ya saya belum dikasih tahu di mana dan sebagainya biar beliau mengumumkan dan menentukan,” jelasnya.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya