Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang terjadi di dalam negeri diprediksi masih akan terus berlanjut.
Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sutrisno Iwantono mengungkapkan bahwa kondisi perekonomian dalam negeri masih mengalami kesulitan.
"Beberapa industri khususnya di manufakturing mengalami problem, seperti industri tekstil, alas kaki dan sejenisnya yang mengalami perlambatan dari sisi produksi karena ekspor mereka lagi kesulitan, ini tidak baik-baik saja," kata Sutrisno, Selasa, 8 Oktober 2024.
Sutrisno menjelaskan ekonomi global yang melambat, khususnya kondisi mitra dagang RI yang lesu menjadi salah satu masalah yang turut mempengaruhi ekspor di dalam negeri.
"Bukan saja ekonomi di Amerika Serikat yang memburuk tapi juga kondisi global juga berpengaruh, hal ini membuat gangguan signifikan bagi industri yang melakukan ekspor seperti tekstil," tuturnya.
Selain sektor tekstil, Sutrisno juga mengungkapkan bahwa industri elektronik ikut mengalami penurunan penjualan.
"Industri elektronik banyak problem juga akibat daya beli masyarakat yang turun, PMI yang turun ini menandakan bahwa masyarakat kesulitan membeli, mereka mengutamakan kebutuhan pokok," sambung Sutrisno.
Kondisi ini, kata Apindo itu juga terdampak dari kebijakan pemerintah yang tidak pro dunia usaha, sehingga membuat daya beli masyarakat menurun.
"Kebijakan seperti tabungan Tapera bagi pekerja ini semakin membuat susah, ekonomi buruk mereka malah disuruh menabung, sehingga menghadirkan ketidakpastian kepada pebisnis secara keseluruhan," katanya.
"Mitra dagang yang sedang lesu, ekspor turun kebijakan yang tidak pro dunia usaha membuat kegaduhan, sehingga pelaku usaha cenderung wait and see dan tidak ada keinginan melakukan investasi progresif," pungkasnya.