PM Israel, Benyamin Netanyahu (Foto: Reuters.com)
Upaya investor di bursa Wall Street untuk bertahan optimis, terlihat masih rentan dalam mengarungi sesi perdagangan pekan ini. Disokong oleh rilis data ketenaga kerjaan terkini yang mengesankan, yaitu rilis data ADP sebesar 143.000 yang relatif jauh melampaui ekspektasi pasar, gerak positif Indeks Wall Street terkesan seadanya. Tiga Indeks utama Wall Street, indeks DJIA, S&P500, dan Nasdaq terpantau menutup sesi dengan naik sangat tipis alias hanya kurang dari 0,1 persen.
Laporan yang beredar menyebutkan, sikap optimis pelaku pasar yang masih terancam oleh kekhawatiran pada perkembangan terkini dari konflik di Timur Tengah. Laporan terkait menyebutkan, pihak Israel yang berkukuh akan menggelar aksi balasan atas serangan Iran. Kekhawatiran investor kini terarah pada spekulasi bahwa serangan balasan Israel bisa menyasar pertambangan minyak milik Iran.
Iran yang sejauh ini menjadi salah satu pemasok penting minyak dunia, tentu akan terpukul hebat bila terjadi serangan tersebut. Namun pukulan lebih berat akan dirasakan pada jalannya perekonomian global yang mungkin harus menanggung beban sangat berat dari melonjaknya harga minyak.
Situasi tersebut akhirnya menjadikan sikap optimis pelaku pasar tertahan di sesi kali ini. Dan tertahan nya optimisme tersebut kemudian menjalar hingga sesi perdagangan di Asia pagi ini, Kamis 3 Oktober 2024. Pantauan terkini dari jalannya sesi perdagangan di Asia memperlihatkan, sentimen domestik yang menjadi motor utama gerak indeks di Asia.
Indeks Nikkei (Jepang) hingga ulasan ini disunting terpantau melonjak fantastis 2,13 persen di 38.614,14. Pelaku pasar di Jepang menyambut gembira pernyataan Perdana Meteri baru negeri itu, Shigeru Ishiba yang menilai situasi perekonomian terkini yang masih belum memungkinkan dilakukan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Pernyataan tersebut dinilai mengejutkan setelah beberapa pekan sebelumnya diperkirakan akan membiarkan Bank Sentral Jepang, BoJ untuk melakukan penaikkan suku bunga lanjutan.
Investor kemudian melakukan aksi agresif hingga melemahkan nilai tukar mata uang Yen dalam rentang sangat tajam. Konsekuensi lanjutannya, lonjakan harga saham tak tertahankan untuk melompatkan Indeks Nikkei. Optimisme pelaku pasar semakin tersokong oleh rilis data indeks PMI composite terkini yang menunjukkan terjadinya pertumbuhan.
Sementara pesta di Jepang masih berlangsung, gerak Indeks ASX200 di Bursa Australia hanya berada di rentang terbatas. Hingga siang ini, Indeks ASX200 turun sangat tipis 0,02 persen di 8.196,9 setelah terpantau berulangkali menyentuh zona penguatan tipis. Situasi lebih suram terjadi pada indeks Hang Seng (Hong Kong) yang terdera koreksi teknikal yang terlalu tajam 3,2 persen di 21,724,99.
Pada bursa saham Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau konsisten menjejak zona merah di sepanjang sesi pagi ini. IHSG kemudian menutup sesi dengan turun signifikan 0,53 persen di 7.523,1. Gerak turun lanjutan IHSG kali ini terlihat cukup meyakinkan dengan hampir seragam nya saham saham unggulan berada di zona merah. Tinjauan teknikal RMOL memperlihatkan, tren pelemahan IHSG yang kini telah terbentuk sebagaimana telah diperkirakan dalam ulasan sebelumnya.
Indikator Bollinger Band menunjukkan, gerak IHSG yang telah berulangkali menginjak batas bawah Bollinger Band yang dimulai sejak sesi perdagangan pekan ke tiga September lalu. IHSG bahkan terkesan tak mampu sekedar meninju batas atas indikator Bollinger Band dalam dua pekan terakhir, sebagai petunjuk pesimisme pelaku pasar yang kukuh.
Gerak suram IHSG bertambah runyam dengan laporan dari pasar uang. Seiring dengan situasi di pasar global yang masih melanjutkan pelemahan mata uang utama dunia, nilai tukar Rupiah kembali merosot di sepanjang sesi pagi ini. Kemerosotan Rupiah bahkan termasuk yang paling tajam di antara mata uang Asia.
Hingga sesi perdagangan siang ini berlangsung, Rupiah masih berada di kisaran Rp 15.388 per Dolar AS atau melemah tajam 0,85 persen. Sementara pantauan terkini di pasar global memperlihatkan, nilai tukar Euro, Poundsterling dan Dolar Australia yang semakin jauh menembus ke bawah level psikologisnya masing-masing di: 1,1100, 1,3300, dan 0,6900. Kekhawatiran memanasnya tensi di Timur Tengah yang mengancam melonjakkan harga minyak dunia, turut andil dalam lesunya pasar uang global siang ini.
Laporan terkini juga memperlihatkan, seluruh mata uang Asia yang kompak menjejak zona pelemahan bervariasi, dengan pelemahan terburuk mendera Ringgit Malaysia yang runtuh lebih dari 1 persen.