Presiden terpilih Prabowo Subianto/Ist
Salah satu tantangan pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto adalah pengendalian perkembangan teknologi yang dapat mempercepat arus informasi dalam menanggulangi kejahatan radikalisme dan terorisme di dunia maya.
Demikian dikatakan pengamat politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting dalam acara Kenduri Untuk Mewujudkan Desa Siaga Dengan Resiliensi di Kantor Kelurahan Grogol, Jakarta Barat, Kamis (26/9).
"Perkembangan zaman dan teknologi, otomatis berkembang pula modus operandi kejahatan terorisme yang memanfaatkan teknologi informasi yang berbasis jaringan internet," kata Ginting.
Menurut Ginting, hal itu menjadi salah satu tantangan berat di depan mata yang dihadapi Presiden terpilih Prabowo.
Di mata Ginting, kelompok teroris sangat diuntungkan dengan hadirnya produk teknologi berbasis jaringan internet untuk kepentingan rekrutmen anggota, media propaganda, pendidikan pelatihan, dan pembinaan jaringan mereka.
Informasi berbasis jaringan internet dan hadirnya revolusi teknologi juga semakin membantu kelompok teroris dalam peningkatan jaringan dan propaganda paham yang mereka usung.
Ginting mengatakan, media sosial dan media massa secara sadar maupun tidak sadar membuat penyebaran praktik kekerasan berupa paham radikal terorisme makin meluas. Apalagi mulai ditunggangi kepentingan organisasi tertentu.
"Di sinilah peran media sosial menjadi penting dalam menyajikan peristiwa kehadapan publik yang majemuk," kata Ginting.
Ginting menekankan bahwa tugas media bukan saja soal melaporkan peristiwa yang akurat, namun juga memiliki tugas untuk menyosialisasikan pentingnya penyelesaian konflik.
Selain itu, kata Ginting, media massa juga dituntut mampu menyosialisasikan toleransi ketidaksepakatan. Dimana ketidaksepakatan dapat dimaknai sebagai buah demokrasi yang indah, bukannya dijadikan landasan untuk berkonfrontasi.