Salah satu fast charging station mobil listrik di Norwegia/Norsk elbilforening
Keseriusan Norwegia untuk terus mendorong penggunaan mobil listrik berbuah sejarah besar. Norwegia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki mobil listrik lebih banyak dari mobil bensin.
Dikutip dari The Guardian, Jumat (20/9), dari 2,8 juta mobil pribadi yang terdaftar di Norwegia, lebih dari 754 ribu di antaranya adalah mobil listrik murni. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan mobil berbahan bakar bensin yang berjumlah 753 ribu.
Memang, saat ini mobil diesel masih jadi raja di Norwegia, dengan jumlah mendekati 1 juta unit. Namun demikian, penjualan mobil berbahan bakar diesel terus mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa tren pergeseran menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan terus terjadi di negara tersebut.
Direktur Federasi Jalan Raya Norwegia (OFV), Øyvind Solberg Thorsen menyampaikan, pencapaian ini adalah sejarah dan tonggak penting bagi perjalanan Norwegia menuju elektrifikasi transportasi. Sekaligus menegaskan bahwa Norwegia sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi negara pertama di dunia dengan armada mobil penumpang yang didominasi oleh mobil listrik.
"Elektrifikasi mobil penumpang berjalan dengan cepat. Norwegia juga dengan cepat bergerak menuju menjadi negara pertama di dunia dengan mobil penumpang yang didominasi oleh mobil listrik," sebut Øyvind.
Di sisi lain, Norwegia merupakan salah satu negara produsen minyak dan gas utama di dunia. Toh hal ini tak mengubah komitmen Norwegia untuk beralih ke kendaraan tanpa emisi. Pemerintah Norwegia pun telah menetapkan target semua mobil baru yang dijual di sana harus kendaraan tanpa emisi pada 2025. Target ini 10 tahun lebih cepat dari tujuan Uni Eropa.
Salah satu kunci sukses Norwegia terkait mobil listrik adalah kebijakan insentif yang kuat. Di mana Pemerintah Norwegia menawarkan potongan pajak yang besar untuk kendaraan listrik, sehingga membuat harganya lebih kompetitif dibandingkan mobil bensin.
Pencapaian Norwegia ini membuktikan bahwa transisi menuju transportasi yang berkelanjutan bukan hal yang mustahil diwujudkan, bahkan di negara yang sangat bergantung pada industri minyak dan gas sekalipun.