Berita

Ilustrasi (Foto: tribtoday.com)

Bisnis

Prabowo Bakal Atasi Serangan Yen Jepang, IHSG di Atas 7.800

JUMAT, 13 SEPTEMBER 2024 | 16:39 WIB | OLEH: ADE MULYANA

Pasar uang global kembali heboh, kali ini gerak balik penguatan mata uang Jepang, Yen yang dinilai melonjak terlalu tajam. Catatan RMOL menunjukkan, gerak balik penguatan Yen yang diawali pada akhir Juni lalu saat nilai tukar USDJPY berada di kisaran 161,94. Yen kemudian berbalik menguat curam hingga sesi perdagangan penutupan pekan ini, Jumat 13 September 2024.

Mata uang negeri Matahari terbit itu, sore ini telah menginjak kisaran 140,39 di titik terkuatnya yang sekaligus sebagai titik terkuatnya dalam 9 bulan terakhir. Ini sekaligus mencerminkan penguatan Yen yang terlalu tajam hingga lebih dari 13 persen dibanding posisi terlemah pada akhir Juni lalu. Gerak menguat Yen yang kembali terlalu cepat ini kemudian memantik kepanikan bursa saham Jepang.

Pantauan menunjukkan, indeks Nikkei di Tokyo yang kembali merosot 0,68 persen dalam menutup pekan ini di kisaran 36.581,76. Untuk dicatat, penguatan Yen, apalagi bila terlalu tajam dan cepat akan berimbas pada daya saing produk ekspor Jepang. Kinerja perekonomian Jepang akan semakin muram akibat ketergantungan pada kinerja ekspor dalam menopang pertumbuhan.

Aksi panik pelaku pasar akhirnya melepas sejumlah saham untuk menghantarkan indeks Nikkei ke zona merah. Sentimen positif dari penutupan bursa Wall Street di sesi sebelumnya akhirnya tertepis, dan indeks Nikkei kesulitan berbalik naik.

Sementara di bursa saham Asia lainnya, indeks ASX200 (Australia) tercatat mampu bertahan hijau dengan naik moderat 0,3 persen setelah menutup di 8.099,9. Laporan lebih jauh menyebutkan, indeks ASX200 yang bahkan sempat mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah di sesi hari ini di kisaran 8.144 namun kemudian mengikis kenaikan di akhir sesi.

Gerak positif juga ditorehkan indeks KOSPI (Korea Selatan) yang naik 0,13 persen di 2.575,41. Sesi perdagangan saham di negeri ginseng itu diwarnai dengan runtuhnya harga saham pabrikan elektronik terkemuka Samsung. Saham Samsung dilaporkan runtuh nyaris 3 persen menyusul aksi demonstrasi pekerjanya di India.

Dengan kepungan sentimen yang tak terlalu mengkhawatirkan itu, sesi perdagangan di Jakarta terlihat gagal membukukan gerak tajam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung konsisten bergerak di rentang moderat di sepanjang sesi perdagangan. IHSG terpantau berulangkali menyentuh zona pelemahan tipis dan selalu mampu berbalik hijau. Pelaku pasar terlihat tak terlalu merespon situasi panik melonjaknya Yen.

Terlebih, investor diperkirakan masih akan mengantisipasi sentimen bulan madu pemerintahan baru di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto bulan depan. Serangan lonjakan nilai tukar Yen akhirnya tereliminir dengan mudah. IHSG kemudian menutup sesi pekan ini dengan naik 0,18 persen di 7.812,13.

Pantauan lebih rinci menunjukkan, gerak saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan yang bervariasi dalam mengakhiri pekan ini. Pola ini sekaligus mencerminkan sikap investor yang membutuhkan sokongan sentimen positif baru untuk melanjutkan tren penguatan. Saham BBRI, TLKM, BBNI, ASII, serta JSMR tercatat masih mampu bertahan positif. Sementara saham BBCA, BMRI, ADRO, INDF, UNVR dan ICBP terpaksa merah akibat koreksi teknikal.

Rupiah Kembali Prospektif

Kabar positif datang dari pasar uang, dengan nilai tukar Rupiah mampu menapak zona penguatan secara konsisten di sepanjang sesi perdagangan. Meski rentang penguatan Rupiah masih dalam kisaran terbatas, gerak menguat kali ini semakin mengukuhkan tren penguatan yang sedang berlangsung.

Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat ditransaksikan di kisaran Rp15.395 per Dolar AS atau menguat 0,19 persen. Gerak menguat juga dilaporkan terjadi pada seluruh mata uang Asia dengan dipimpin oleh Ringgit Malaysia yang sempat melambung hingga 0,7 persen. Penguatan maya uang Asia dan juga Rupiah, tak lepas dari sentimen berbalik menguat nya mata uang dunia.

Hingga sesi perdagangan sore ini di Asia, mata uang Euro, Poundsterling dan Dolar Australia terpantau masih berupaya melanjutkan gerak penguatan dalam taraf signifikan. Minimnya sentimen dari agenda rilis data perekonomian hingga akhir pekan ini, diyakini akan menghantarkan mata uang utama dunia semakin menguat hingga sesi perdagangan ditutup Sabtu dinihari waktu Indonesia Barat.

Prospek Rupiah dalam mengawali sesi perdagangan pekan depan, dengan demikian diyakini masih akan positif. Terlebih agenda penurunan suku bunga oleh The Fed diperkirakan akan dilakukan pekan depan, Rupiah sangat prospektif untuk mengkandaskan Dolar AS di level psikologisnya di kisaran Rp15.000.

Populer

Jokowi Kumpulkan Kapolda Hingga Kapolres Jelang Apel Akbar Pasukan Berani Mati, Ada Apa?

Kamis, 12 September 2024 | 11:08

Jagoan PDIP di Pilkada 2024 Berpeluang Batal, Jika….

Minggu, 08 September 2024 | 09:30

Slank sudah Kembali ke Jalan yang Benar

Sabtu, 07 September 2024 | 00:24

Soal Video Winson Reynaldi, Pemuda Katolik: Maafkan Saja, Dia Tidak Tahu Apa yang Dia Perbuat!

Senin, 09 September 2024 | 22:18

Ini Kisah di Balik Fufufafa Dikaitkan dengan Gibran

Rabu, 11 September 2024 | 01:15

Petunjuk Fufufafa Mengarah ke Gibran Makin Bertebaran

Kamis, 12 September 2024 | 19:48

AHY Tuntaskan Ujian Doktoral dengan Nilai Hampir Sempurna

Kamis, 12 September 2024 | 17:12

UPDATE

Taiwan Bersiap Hadapi Hujan Petir Bebinca

Jumat, 13 September 2024 | 16:05

Cawagub Pendamping Emil Menghadap Pimpinan MPR di Senayan, Ada Apa?

Jumat, 13 September 2024 | 15:44

Begini Strategi Pertamina Wujudkan Net Zero Emissions 2060

Jumat, 13 September 2024 | 15:41

Diduga Pungli Rp500 Ribu, Anggota Samsat Bekasi Diproses Propam

Jumat, 13 September 2024 | 15:29

Sinyal Kepanikan Jokowi Makin Kuat Jelang Lengser

Jumat, 13 September 2024 | 15:25

Ormas Lebih Mudah Ketemu Presiden Jokowi Ketimbang Pimpinan KPK

Jumat, 13 September 2024 | 15:24

Lebih Akurat, Taiwan Mulai Gunakan Teknologi AI untuk Ramal Cuaca

Jumat, 13 September 2024 | 15:24

Bank Sentral Eropa Kembali Pangkas Suku Bunga

Jumat, 13 September 2024 | 15:15

Lebih dari 20 Negara Afrika Dukung Israel Kuasai Palestina

Jumat, 13 September 2024 | 15:10

Kementan Targetkan Produksi Beras 32,29 Juta Ton di 2025

Jumat, 13 September 2024 | 14:55

Selengkapnya