Presiden Republik Bolivarian Venezuela, Nicolas Maduro Moros (tengah) saat menutup "Kongres Dunia Melawan Fasisme, Neo-fasisme, dan Ekspresi Serupa" di Centro de Convenciones Parque Bolívar, Caracas, Rabu petang (11/9)/RMOL
Presiden Republik Bolivarian Venezuela, Nicolas Maduro Moros, ikut mengomentari debat pilpres Amerika Serikat antara Kamala Harris dan Donald Trump.
Menurut Maduro, debat itu membuktikan satu hal bahwa moralitas elit politik Amerika Serikat mengalami dekadensi.
Komentar ini disampaikan Maduro saat menutup "Kongres Dunia Melawan Fasisme, Neo-fasisme, dan Ekspresi Serupa" di Centro de Convenciones Parque Bolívar, Caracas, Rabu petang (11/9), atau Kamis pagi (12/9) waktu Indonesia.
Kegiatan ini diikuti ratusan peserta dari 95 negara. Diperkirakan tidak kurang dari 1.200 orang memadati ruang Kongres.
"Saya menyaksikan (debat Harris-Trump) tadi malam," ujar Maduro yang mengenakan kemeja merah muda.
Siapapun yang menyimak perdebatan itu, sebut Maduro, dapat memahami bahwa pernyataan kedua capres tidak memiliki relasi dengan kebutuhan abad ke-21.
"Tidak memiliki relasi dengan kepentingan rakyat," ujar Maduro yang didampingi Wakil Presiden Delcy Rodriguez dan Menteri Luar Negeri Yvan Gil.
Dalam debat pertama dengan Harris, Trump sempat menyinggung Venezuela.
Menurut Trump, tingkat kriminalitas di Venezuela menurun karena pelaku kriminalitas di negara itu telah pindah ke Amerika Serikat.
“Tingkat kejahatan di Venezuela menurun drastis karena mereka menangkap penjahat dari jalanan dan menyerahkan kepadanya (Harris) untuk dibawa ke negara kita," ujar Trump.
Pernyataan Trump ini sebagian benar. Tingkat kriminalitas Venezuela di tahun 2023 turun sebesar 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini dikutip
BBC dari Venezuelan Observatory of Violence. Namun tidak ada bukti, penurunan itu terjadi karena pemerintah Venezuela menangkap pelaku kriminal dan mengirimkannya ke Amerika Serikat.